Monday, November 29, 2010

Pemuda, Sang Pilar Kebangkitan Umat


Oleh : Andriansyah
(Ketua Umum Birohmah Unila)

Pemuda, pergerakan dan peradaban adalah tiga kata yang tidak pernah terlepas dari yang namanya perubahan. Pemuda memiliki peran yang sangat sentral dalam pergerakan sebuah bangsa, atau yang lebih kita kenal dengan kebangkitan sebuah bangsa. Begitupun dengan Negara kita ini dimana the founding father-nya juga adalah para pemuda yang senantiasa bereksperimen untuk melahirkan ide-ide besar sehingga lahirlah kemerdekaan Indonesia.Bangsa manapun, Negara manapun dapat kita nilai kemajuan atau kemundurannya dari kualitas generasi mudanya, karene pemuda adalah pilar kebangkitan dan kemajuan sebuah bangsa.

Pemuda dan Perubahan


Para pemuda memang sering menjadi pelopor perubahan. Pemuda juga merupakan salah satu pilar peradaban yang sangat penting. Islam mengakui posisi kaum muda yang sangat strategis. Usia muda, menurut al-Qur’an, merupakan usia yang penuh kekuatan, usia yang terletak di antara dua fase kelemahan. Al-Qur’an melukiskannya dengan sangat indah:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS 30: 5)

Indahnya Berbagi

Bila Anda memiliki segelas teh, lalu disuruh memberikannya kepada orang di sebelah, tinggal berapa teh yang tersisa Anda miliki? Tinggal berapa? Demikian mudahnya. Kalau memiliki tiga diberikan satu, tentu tinggal dua. Kalau memiliki dua diberikan satu tentu sisa satu. Kalau hanya memiliki satu diberikan satu, ya habis, tentu saja. Tak bersisa. Itulah yang sering terbayang dalam benak kebanyakan orang. Hitung-hitungannya memang begitu. Namun benarkah demikian itu?

Tarbiyah Islamiyah

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.

Mendeteksi Sumber Bencana

Kecanggihan teknologi seakan-akan tak berkutik (lagi) untuk sekedar mengurangi, apalagi membendung beragam estafeta bencana dan musibah yang tanpa kompromi setiap saat bisa dahsyat menimpa segala penjuru bangsa kita.
Telah banyak terjadi bencana yang melanda bangsa ini, masih teringat jelas tsunami yang melanda Aceh, lumpur lapindo di Sidoharjo, gempa bumi diyogyakarta dan Padang, tanah longsor, yang banyak memakan korban, serta baru-baru ini terjadi gunung Sinabung Sumatra Utara meletus, keadaan cuaca yang ekstrim seharusnya musim kemarau tetapi banyak hujan sehingga terjadi banjir., banjir dan diikuti tanah longsor di Wasior Papua bahkan di Pesawaran 3 desa terisolasi karena terkena banjir serta tanah longsor. Banyak kerugian yang diderita dan banyak orang kehilangan nyawa dan harta bendanya..                             

STUKTUR MCU (Media Center Unila)

Ketua                          : Waskita Apriyadi                   
Sekertaris                   : Fitria Meystisari
Bendahara                  Aprilia Fitriyani 
Anggota                      : Ferry                    
                                      Aan Kurniawan       
                                      Indra Saputra         
                                      Dedik Irawan          
                                      Alfis Syarif                   
                                      Fauzi Saputra                    
                                      Rinawati
                                      Ratih
                                      Rinawati 
                                       

VISI DAN MISI BIROHMAH UNILA 2010-2011

VISI
Maksimalisasi  Proses Perbaikan Umat Dengan Menjadi Ldk Yang Kokoh Secara Internal Dan Eksternal Serta Berwawasan Global.

 
MISI
  1. Melakukan proses kaderisasi dengan cara-cara yang menarik, kreatif dan inovatif.
  2. Memperkuat hubungan dan komunikasi dengan pihak rektorat, UKM, dan       stake holder lain di Unila.
  3. Optimalisasi peran jaringan yang ada dan alumni untuk fund rising serta berusaha memperluas jaringan untuk mendukung kemandirian dana.
  4. Mengoptimalkan peran badan  Usaha yang mendukung kemandirian dana Birohmah.
  5. Mengadakan kajian yang aktual dengan memperhatikan aspek  kebutuhan mahasiswa, kreatifitas berdakwah, Blow up isu, dan eksistensi organisasi.
  6. Menyikapi isu-isu nasional dan internasional dengan kajian, media, aksi serta marketing dan kontra demarketing isu.
  7. Mongokohkan jati diri birohmah sebagai LDK yang berwawasan global dengan mengarahkan progja untuk mendukung peran Birohmah sebagai Puskomnas.
  8. Mengokohkan internal organisasi dengan program penguatan yang berorientasi pada ribathul ukhuwah, ta’liful qulb, ihtimam dan mahabbah.
  9. Mongokohkan jati diri Birohmah sebagai organisasi yang mampu  berkontribusi aktif bagi Unila dan masyarakat dengan mangoptimalisasi peran Humas.                                                                                                              
“Menebar Dakwah Merajut Ukhuwah

PENGURUS BIROHMAH 2011/2012

Ketua                          : Muhammad Kholil (FP/AET/08)
Wakil Ketua 1            : Andrian Saputra (FKIP/P.Kimia/08)
Wakil Ketua 2            : Feny Kurniati Rizda (FKIP/P.Math/08)
Sekretaris Umum       : M. Syahrudin. GS (FKIP/P.Eko/08)
Bendahara Umum      : Annisa Anastasya (FE/EP/08)


BIDANG KADERISASI
Ketua Bidang             : Agus Sholihin (FP/Perairan/08)
Sekretaris Bidang      : Uci Nurlaena (FP/TEP/08)
Bendahara Bidang    : Nurjayanti   (FKIP/P.B.indo/08)
Anggota                      : 
Ahmad Naufal Umam (FKIP/Fisika/08)
Yasin Yahya (FP/TEP/10)
Teki Prasetyo S (FKIP/Pkn/10)
Ridwan Kusuma (FP/AET/10)
Putri Pravitasari (FKIP/Pkn/08)
Esy Okta Utami (FKIP/B.Inggris/10)
Maretha Ania (FKIP/Biologi/10)
Prima Helau Budi (FH/IH/10)
Almira Ardelia (FH/IH/10)
Budiniati (FH/IH/10)


BIDANG KAJIAN ILMIAH ISLAM (KII)
Ketua Bidang             : F. Bayu Nirwana (FKIP/P.Fisika/08)
Sekretaris Bidang      : Ulivina Pratini (FKIP/P.Kimia/08)
Bendahara Bidang    : Desti Arifika (FE/Akt/08)
Anggota                      : 
Johan Syahbruddin(FKIP/P.Fisika/08)
Imam Purnama (FKIP/P.Math/10)
Arifin (FP/TEP/08)
Ade Rio Harianto (FE/Akt/10)
Gusman Arfani (FP/THP/10)
Teddy (FP/TEP/08)
Sri Gustiani (FKIP/P.Kimia/09)
Yuria Viani (FKIP/B. Inggris/2009)


BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS)
Ketua Bidang             : Ferdi Setiawan (FT/T.Elektro/08)
Sekretaris Bidang      : Rian Diasti (FKIP/P.B.Indo/08)
Bendahara Bidang    : Indah Kusuma Rini (FKIP/P.Kimia/08)
Anggota                      :   
Median Dwi Raharjo (FKIP/P.Kimia/10)
Bayu Sasongko (FT/Elektro/08)
Anas Anshori (FT/Elektro/08)
Hegar Pragara (FKIP/Geografi/10)
Agus Zulhendri (FT/Elektro/08) 
Aria Safitri (FKIP/P.B.Inggris/10) 
Kurnia Catur H (FP/THP/08)
Efrilianingsih (FKIP’10) 
Evi Miftahul K (FKIP/Geo/10)
Liyana (FISIP/D3.Sekretaris/10)


BIDANG MEDIA CENTER UNILA (MCU)
Ketua Bidang             : Bill Susanto (FKIP/P.Math/08)
Sekretaris Bidang      : Rina Agustia (FKIP/P.Kimia/08)
Bendahara Bidang     : Anggun Sari Nurulita (FKIP/P.Kimia/08)
Anggota                       : 
Feri Fernando (FKIP/P.Biologi/09)
Hermansyah Romadhona (FMIPA/Math/10)
Syaiful Ammar (FT/T.Elektro/10)
Wawan Setiawan (FP/TEP/10)
Ali Sugandi (FKIP/P.Kimia/10)
Ambar Widya  L (FKIP/09) 
Elok (FKIP/P.Eko/2009)
Inayati Sopiah (FKIP/Eko/09) 
Ade Rahmawati (FKIP/2009)
Anggun Nurulita (FKIP/2008)
Nindriyarti (FP/Perairan/2008)
Yuniar (FT/2008)
Alfi M (FT/2008)
Dani Mahusa (FT/T.Kimia/)
                                   
                                   
BIDANG KEPUTRIAN
Ketua Bidang             : Nur Evitasari (FKIP/P.Pkn/10)
Sekretaris Bidang      : Pratiwi Handayani (FMIPA/Math/08)
Bendahara Bidang    : Sofia Nadya (FMIPA/Fisika/10)
Anggota                      : 
Fadila Rahmadani (FKIP/Ekonomi/2008)
Wina Halimah (FKIP/P.Biologi/2008)
Kurnia Mayang Sari (FKIP/Kimia/08)
Rina Sailifa (FKIP/P.Biologi/08)
Larkana Citra (FE/Pembangunan/09)
Zahra Meliyana (FKIP/Sejarah/10)


BIRO AKADEMIK
Ketua Bidang             : Angga Yudistira (FKIP/P. Math/08)
Sekretaris Bidang      : Sulastri (FKIP/P.Kimia/08)
Bendahara                 : Susi Susanti (FKIP/Kimia/08)
Anggota                      : 
Amanda Putra Seta (FP/AGB/10)
Dwi Hardoyo (FISIP/Komunikasi/10)
Esy Andriyani (FISIP/IP/10)
Ratna Suminar (FP/AET/08)
Ayu Sumunaringtiasih (FKIP/P.Math/10)
Ghina Annisa (FMIPA/Math/10)
Tila Paulina (FKIP/P.Sejarah/10)
                              

BIRO USAHA MANDIRI (BUM)
Ketua Biro                 : Gamal M Rizki (FP/Manhut/08)
Sekretaris Biro          : Irma Yunita Sari (FKIP/P.Kimia/08)
Bendahara Biro         :Imatul Khoiriyah(FKIP/08)
Anggota                      : 
Sya’ban (FMIPA/Ilkom/10)
Nopri Jumarni (FKIP/2009)
Jamhuri (FP/THP/08)
Oktaviani (FP/)
Ananda  Yasinta (FP/2008) 
Nunik Diah P (FKIP/2008)


BIRO BIMBINGAN BELAJAR QURAN (BBQ)
Ketua Biro                 : Budi Dermawan (FP/THP/08)
Sekretaris Biro          : Mario Permana Putra (FKIP/P.Fisika/08)
Wakil ketua Biro       : Oktalia Asmara (FMIPA/Biologi/08)
Bendahara Biro         : Rosi Setian Lestaria (FE/Akt/08)
Anggota                      :
Prasetyo Ersa (FMIPA/Kimia/10)
Okta Tri Handoko (FT/T.Kimia/10)
Rizka Bidari (FMIPA/Man.Kom/10)
Rosalia Imelda (FP//10)


BIRO RUMAH TANGGA DAN PERPUSTAKAAN
Ketua Biro                 : Rizki Kurnia Abadi (FKIP/P.Math/08)
Sekretaris Biro          : Sarah Mardiyah (FKIP/P.Fisika/08)
Bendahara Bidang    : Siti Basiroh (FP/Perairan/10)
Anggota                      :
Eko Supriyanto (FKIP/Penjas/08)
Muhammad Pandutias (FP/THP/08)
Dewi Laila Nurjannah (FKIP/P.Geo/10)
Titin Satriana (FKIP/P.Kimia/08)
Fatimah Triyaningsih (FKIP/P.Fisika/08)

AMAL DIBULAN SYAWAL

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu mengantarkan manusia dari satu kondisi menuju kondisi yang lain, dimana dari setiap kondisi itu menghasilkan sebuah karakter yang menunjukan satu perwujudan sikap dari seseorang. Sudah sekitar 2 minggu yang lalu kita masih berada dalam sebuah kondisi yang mengajak kita menuju karakter orang bertaqwa yakni ibadah shaum Ramadhan, oleh karena itu maka selama satu bulan yang kita tempuh itu semangatnya harus tetap membara dalam kehidupan di sebelas bulan kemudian.
                Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dua ketidakpastian inilah yang membuat orang-orang shalih dan para shabat nabi berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.
                Para sahabat menyiapkan diri mereka selama enam bulan untuk menyambut kehadiran tamu agung bernama Ramadan. Pastinya mereka mati-matian untuk beribadah full time selama sebulan penuh itu. Layaknya bertemu dengan seorang yang dirindu, kita ingin berlama-lama bersama dengannya, menjamu, memberinya pelayanan sebaik mungkin. Dan tentunya kita akan merasakan kesedihan yang teramat dalam ketika harus berpisah dengannya.                                              Mâ ba'da Ramadhân, inilah masa-masa yang paling mencemaskan bagi para sahabat nabi. Mereka takut akan amalan yg tertolak; puasa, qiyam yg panjang, tilawah yg berulang kali khatam, infak harta, pengorbanan jiwa raga dari satu medan perang ke perang lainnya, serta segudang amalan ibadah lainnya yg mereka lakukn selama Ramadan, semuanya itu tlh  mnjadi sebuah kekhawatiran terbesar bagi diri mereka.. Mereka lebih banyak berkontemplasi, dan bermuhasabah dalam sebuah tanda tanya, “Apakah amal ibadahku di bulan Ramadan kemarin diterima oleh Allah Swt.?”
                Para sahabat merawat Ramadan dalam hati mereka dengan rasa khauf dan raja'. Sekuat tenaga berusaha istiqamah dalam amalan ibadah mereka. Lengah sedikit, akan memberikan indikasi amal ibadah mereka selama Ramadan telah sia-sia. Karena di antara ciri dari diterimanya amal ibadah seseorang dalam bulan Ramadan adalah; keringanannya dalam mengerjakan kebaikan dan ibadah, serta jauhnya mereka dari melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT.                                                                      Enam bulan pasca Ramadan mereka masih bersedih memikirkan kepergian Ramadan. Mereka memohon dengan sungguh-sungguh agar amalan ibadah selama sebulan penuh itu diterima oleh Allah Swt. Sedangkan di paruh tahun sisanya, mereka kembali bergembira, bersiap diri menyambut kehadiran Ramadan, sang tamu agung yang selalu mereka rindu.
                Begitulah siklus hidup para orang shalih terdahulu, renggang waktu dari Ramadan ke Ramadan berikutnya diisi dengan taqarrub ilallâh. Seakan menutup semua celah untuk futur dalam beribadah. Rindu mereka adalah rindu keimanan, pun dengan kesedihan mereka, kesedihan karena iman. Sehingga hari-hari berjalan penuh kekhusyukan, hati mereka tenang, diisi dengan mengingat Allah dalam kondisi apa pun. Karena Allah telah memberikan jaminan, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra'du:28).
                Syawal berarti peningkatan. Demikianlah seharusnya. Paska Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat taqwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai bulan Syawal kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri seseorang. Bukankah orang kemuliaan seseorang tergantung pada ketaqwaannya?
إِ                      نَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاك ..                .Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa… (QS. Al-Hujurat : 13)
Akan tetapi, yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan.. Penurunan ibadah, juga penurunan kualitas diri. Diantara indikatornya: dibukanya tempat-tempat hiburan, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu, Umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali "membudaya". Bukankah ini semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain putih yang tadinya telah dicuci dengan sebaik-baiknya? Jadilah ia kembali penuh noda. Jadilah ia kembali menghitam dan semakin memburam. Fenomena ini menunjukkan kepada kita, bahwa puasa orang yang demikian tidak berhasil. Fenomena tersebut menjadi indikator yang mudah diketahui oleh siapa saja yang mau memperhatikan dengan seksama. Kita juga bisa menggunakan hadits Nabi sebagai kaidah yang seharusnya kita perhatikan sebaik-baiknya: "Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."
                Lalu bagaimana amal seorang muslim di bulan Syawal? Sejalan dengan makna syawal, maka harus ada peningkatan di bulan ini. Dan peningkatan itu tidak lain adalah berangkat dari sikap istiqamah. Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud : 112)
Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara kontinyu, terus-menerus.
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلََّّ          
Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)
                Maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Tilawah kita yang setiap hari, Shalat malam yang sebelumnya kita selalu melaksanakan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan.merasakan kembali kenikmatan berbuka dengan menghidupkan puasa-puasa sunnah yakni puasa yaumul baidh, puasa senin kamis atau bahkan puasa daud, meneguhkan  sikap sholeh social dengan menerapkan  sikap ihsan dan ikhlas karena Allah dalam menjalankan segala aktivitas. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan bulan berikutnya bahkan semakin meningkat. Bukan menipis tiba-tiba lalu hilang seketika!,
Allah telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan syawal ini berupa puasa Syawal. Ini juga bisa  dimaknai  sebagai tool dalam rangka meningkatkan ibadah dan  kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh kita berpuasa Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)
                Kita semua adalah para Alumni Ramadhan, dimana jiwa-jiwanya adalah jiwa-jiwa yang akan terus bersemangat untuk meneruskan apa-apa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan. Para Alumni Ramadhan adalah manusia yang menjadikan hari-harinya di sebelas bulan kemudian kualitas ibadah dan bersikap yang sama dengan menjaga agar tetap stabil.  
                Ada kata-kata menarik yang menyadarkan kita akan hal ini.  “Kun rabbâniyyan, wa lâ takun ramadhâniyyan” Jangan menjadi manusia Ramadan, yang kuat ibadahnya karena berada di bulan Ramadan saja, karena setelah bulan itu berlalu, ia tak akan mengalami perubahan hidup untuk menjadi lebih bertaqwa. Namun jadilah manusia pasca Ramadan yang memiliki nilai kepribadian diri, penghambaan kepada Allah yang tak kenal henti, menjadi manusia bertaqwa tanpa batas, sesuai target yg diharapkan dari penggemblengan yang dinlakukan selama sebulan. Dengan syaratnya, ia harus menjadi hamba Allah yang bobot ibadah nya terus meningkat, sekali pun ia telah beraada di luar bulan Ramadhan.                                                                                                        
Semoga kita tidak menjadi manusi Ramadan, yang hanya optimal ibadahnya selama sebulan saja, dan free di sebelas bulan berikutnya. Tapi kita menjadi manusia rabbâniy, yang selalu mengingat Allah kapan dan dalam bagaimana pun kondisi kita, seperti karakter ulul albâb yang termaktub dalam Al Quran, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.”(QS. Al Imran: 191). Wallâhu al Musta'ân.