Friday, December 14, 2012

Hari Ibu, Momentum Spesial Yang Tak Boleh Terlupakan

Oleh: Inaya Sofia
Hari Ibu. Sungguh mempesona jika kita mendengar hari tersebut. Momen spesial yang tidak boleh lewat apalagi sampai terlupakan begitu saja. Ada arti penting pada momen spesial ini. Tentunya kita sebagai anak akan memberikan penghargaan yang besar terhadap ibu. Bukan hanya dengan materi, tahta, dan sebagainya. Akan tetapi, kita memberi dengan hati dan perbuatan. Cerminan hati dan perbuatan yang baik dari anak tentu akan membuatnya merasa cukup bahagia. Kesholehan dan kepatuhan anaknya dalam beribadah selalu membuatnya lega. Dan tentunya ini akan menimbulkan komunikasi yang baik dalam keluarga. Keluarga yang selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT.
Berbicara tentang Hari Ibu, mari kita simak terlebih dahulu sejarahnya. Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jln. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Raden Ajeng Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.
Kongres Perempuan Indonesia I dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, pemutusan perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pencegahan pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah dan tak kurang dihadiri dari 85 kota di Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate. Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara Nasional hingga kini.
Pengorbanan seorang ibu adalah pengorbanan terbesar disisi seorang anak. Segala jasa yang dicurahkan oleh seorang ibu kepada anaknya perlu dihargai dengan sebaiknya. Bahkan penghargaan yang berupa miliar rupiah sekalipun tidak cukup untuk membalas segala jasa dan pengorbanan seorang ibu.

Selama lebih kurang 9 bulan kita berada di dalam rahim ibu. Selama 9 bulan itu jugalah segala keperihan dan kesusahan yang ibu alami. Semua itu ditanggung Ibu dengan penuh kasabaran. Melalui ibu, kita dilahirkan ke dunia yang fana ini. Melalui seorang ibu kita diberikan ASI dan dibelai dengan penuh kasih sayang. Dengan susah payah ibu membesarkan kita agar menjadi seorang insan yang berguna di dunia dan akhirat. Betapa besarnya pengorbanan seorang ibu terhadap seorang anak. Sudahkah kita memberikan yang terbaik untuk ibunda tercinta???

Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". (Al-Qur’an: Surah Maryam: 23).
Secara keseluruhannya, hidup setiap manusia akan senantiasa melibatkan seorang insan yang bergelar ibu. Tidak pernah putus belas kasih sayang dan pengorbanan ibu kepada anaknya. Sejak sebelum lahir sehingga dewasa ini. Derajat ibu sangat tinggi disisi Allah SWT. Allah SWT  berfirman di dalam al-Quran tentang kepentingan menghormati ibu dan ayah.
"Sembahlah ALLAH, janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu dan bapak kamu." (Al-Qur’an: Surah An-Nisa: 36).
Dan pada surat Al-Qur’an yang lain menjelaskan yang artinya:
“Dan Rabb-Mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya berusia lanjut disisimu maka jangan katakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.” Dan Katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku sewaktu kecil.”(Al-Qur’an: Surah Al-Isra’: 23-24).
Renungkanlah wahai saudaraku. Ibu mengandung kita. Melahirkan dan menyusui kita. Ibu yang selalu menemani kita di setiap harinya. Ibu selalu ada untuk kita di setiap suka maupun duka. Sejarahnya yang ada saat ini adalah ibu merawat kita untuk mengantarkan pada kehidupan anaknya yang lebih baik. Sedangkan anak merawat kedua orangtuanya untuk mengantarkan kepada kematian.
Ada beberapa pendapat terkaitan peringatan Hari Ibu. Menurut presiden BEM U KBM Unila, Arjun F, menuturkan bahwa: “Hari Ibu merupakan hari peringatan jasa-jasa seorang ibu terhadap anaknya. “Makna hari ibu gak terlalu WAH karena baiknya seorang anak menganggap bahwa setiap hari adalah Hari Ibu”. Tambahnya. Barangkali Hari Ibu sebagai celebration-nya saja. Ibu menurutnya sebagai pengorbanan terhadap anak sangatlah besar, beliau melakukan apa saja yang menyenangkan anak-anaknya, selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai semua yang di cita-citakan anaknya, mamperjuangkan apa saja agar anaknya bisa berhasil dan bahagia.
Beliau juga sempat mengenang waktu duduk di bangku SMA dulu. Sang presiden BEM ini pernah merayakan Hari Ibu dengan dorongan mbak yang ada dirumah. Caranya yakni membantu pekerjaan Ibu dengan berbagai cara, seperti; mencuci piring, menyapu, mencuci baju, ngepel, memasak, dan pekerjaan lainnya. Ibu pada hari itu dilarangnya untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Ibunya juga sempat kebingungan karena diperlakukan seperti itu. Namun, setelah dijelaskan maksudnya si Arjun dan mbaknya, si ibu pun mengerti dan menasehati si Arjun untuk menjadi anak baik, bisa mencapai cita-cita serta hal-hal baik lainnya.
Untuk seorang presiden BEM ini, berprinsip setelah kuliah ini belum ingin menikah dulu. Ia ingin membahagiakan ibunya terlebih dahulu. Ingin membalas hari-hari selama ia pergi merantau dengan bersama ibunda tercinta nantinya.
Ada beberapa tips untuk anak perantau dan anak rumahan dari presiden BEM yaitu :
Anak Rumah-an :
-          Sebelum berangkat kuliah atau pergi dari rumah alangkah baiknya beres-beres rumah terlebih dahulu. Itu salah satu bukti kepedulian kita terhadap ibu dan keluarga.
-          Usahakan ada waktu satu hari di rumah untuk bersama keluarga, misalnya mengambil hari minggu sebagai alternatif pilihan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
-          Jika berpergian jangan pulang terlalu malam. Izin dulu jika ingin pergi ke luar rumah. Sebab, biasanya orang tua akan cenderung mengkhawatirkan putera-puterinya.
Untuk anak perantauan atau inde-kost :
-          Jangan terlalu banyak agenda di luar jika sudah pulang kampung. Luangkan waktu sejenak untuk saling menyatukan rindu.
-          Usahakan komunikasi intens setiap hari, misal sekedar menanyakan kabar via telpon maupun SMS.
-          Jadi temen curhat saat ada dirumah. Berikan waktu terbaik bersamanya.
-          Saat komunikasi jangan cuma minta uang saja. Namun, tanyakan kabar keluarga dan bagaimana kondisinya saat itu.
Senada dengan yang disampaikan oleh Arjun F, ketua UKM Birohmah Unila, Tri Julian Muhar mengatakan bahwa Hari Ibu dalam islam tentu dimaknai dengan berbaktinya kita kepada kedua orang tua (terutama ibu) dalam kehidupan. Jadi sangat jelas bahwa hari ibu ada di setiap hari. Namun Hari Ibu yang biasa di peringati di Indonesia jangan sampai disalahartikan. Kita dapat mengambil momentum Hari Ibu ini sebagai salah satu sarana evaluasi (muhasabah) diri kita, bagaimana selama ini kita berbakti, sudah sejauh mana bakti kita kepada ibunda tercinta. Selain itu, Hari Ibu juga menjadi pengingat untuk diri kita. Bisa jadi sudah sekian lama kita tidak memunculkan wajah ibunda kita dalam doa-doa kita, bisa jadi perhatian kita walau hanya sebatas sms, telepon, tanya kesehatan sudah mulai berkurang intensitasnya belakangan ini. Coba lebih diintenskan lagi. Jadi konklusinya, nilai kasih seorang ibu tidak dapat diganti dengan uang miliaran rupiah. Apatah lagi kalau dengan nyawa sekalipun. Hargai dan hormatilah kedua orang tua kita, terutama ibu selagi dia masih ada. Selamat memperingati hari ibu. Cukup kita berikan yang terbaik untuknya. Wallahuallam Bishowab.

No comments:

Post a Comment