Sunday, November 20, 2011

MENJADI PRIBADI BERKARAKTER

Oleh Ustadz Makmun Nawawi
Khalifah Umar bin Khattab ra bila berjalan di lorong-lorong Kota Madinah dan melihat anak kecil, beliau segera menemuinya dan membungkuk, seraya berujar, "Nak, mintalah pada Allah, agar mengampuni kami." Para sahabat Umar pun heran dengannya dan bertanya, "Engkau meminta pada anak kecil agar ia berdoa pada Allah untukmu?" Jawab Amirul Mukminin itu, "Mereka belum balig dan catatan amal belum berlaku padanya, maka doanya mustajab di sisi Allah. Sedangkan kita sudah dewasa dan catatan amal sudah ada pada kita."

Itulah ekspresi ketakutan pada Allah yang menyergap sang Khalifah kedua ini, seorang yang tegap dan gagah perkasa, namun kecemasannya pada Allah sungguh mengundang decak kagum, seolah tak pantas dengan postur tubuhnya yang tinggi; konon di wajahnya ada dua garis hitam bekas aliran air mata (takut pada-Nya). 

Ketika Umar bin Khattab membaca surah at-Takwir ayat 1, yang artinya "Apabila matahari digulung," hingga ayat 10 "Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka," beliau tersungkur, pingsan. Suatu saat, Amirul Mukminin ini melewati rumah seseorang yang tengah shalat dan membaca surah ath-Thur. Beliau berhenti seraya menyimaknya, dan begitu sampai pada ayat 7-8, "Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi, tidak seorang pun yang dapat menolaknya," beliau pun turun dari himarnya, lalu bersandar di dinding, dan diam tercenung beberapa saat. Dan sepulangnya di rumahnya, Umar sakit sebulan lamanya. Orang-orang menjenguknya dan mereka tak tahu apa yang dikeluhkannya.

Getar kecemasan semacam ini sesungguhnya hanya serpihan kecil di antara mutu manikam pesona akhlak yang melekat dalam diri sahabat, tabiin, dan orang-orang salih dulu kala. Dan, hal itu sangat fungsional sekali dalam melahirkan pribadi-pribadi yang berkarakter ideal, yakni intens beribadah dan produktif dalam melakukan amal salih lainnya, serta bisa meredam diri dari tindak-tanduk yang menyimpang.


Dengan demikian, ketakutan (khauf) penting dimiliki oleh seorang Muslim, karena Abu Hafs- sufi kelahiran Uzbekistan- berujar, "Khauf adalah pelita hati, dengan khauf akan tampak baik dan buruk hati seseorang." Sementara Alquran mengingatkan, "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Ali Imran: 175). Dalam ayat lain, Allah menjelaskan karakter orang Mukmin dengan, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka menyeru kepada Rabb mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap." (QS as-Sajdah: 16).

Dalam banyak ayat-Nya, Allah bukan hanya memerintahkan agar takut, tapi juga sering melukiskan berbagai hal yang seyogiannya membuahkan ketakutan pada hamba, misalnya, ketika menjelaskan tentang neraka jahanam, huru-hara kiamat, atau musibah umat yang lalu. Beda dengan kaum salafus salih dulu kala yang gampang terketuk, tergores, bahkan terguncang hatinya dengan menyimak Alquran, manusia sekarang mungkin perlu melihat secara nyata bagaimana kekuasaan Allah itu tampil di muka bumi ini, sehingga berbagai musibah dan bencana pun datang silih berganti. Lantas, masih enggankah kita mengambil pelajaran? Wallahu a'lam bish-shawab. 
(Republika.co.id)

Saturday, November 19, 2011

AGAR SELALU BERSEMANGAT SETIAP SAAT


(Untuk All Saudaraku yg sedang berproses dalam menjalani kehidupan)
Mari kita lihat orang-orang hebat. Apa saja yang membuat mereka ( dan anda ! ) bisa semangat setiap saat.  Beberapa prinsip di bawah ini akan sangat membantu:
 1.       Kesadaran
Pernah nonton pertandingan sepakbola?  Sebagai penonton, kita bisa melihat bagaimana seluruh pemain bergerak memperebutkan bola, saling oper, berlari, berkelit, bertahan, dan sesekali nyikut lawan.  Kita bisa melihat kesalahan-kesalahan para pemain. Juga melihat kehebatan-kehebatannya.  Kita berteriak gembira bila para pemain melakukan kehebatan.  Kita juga teriak – tapi kecewa atau  marah – bila mereka melakukan kesalahan.
Nah, saudara bisakah anda bayangkan bila anda menjadi penonton, sekaligus pemain sepakbola tadi?   Bila anda bisa melakukannya untuk hidup sehari-hari anda, itulah kesadaran.  Para pemain sepakbola yang hebat punya kesadaran yang tinggi.  Secara fisik, mereka memang berada di lapangan, bergerak seperti para pemain yang lain.  Tapi kesadaran mereka juga bergerak.  Mereka sadar atas fisik mereka dan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.  Mereka ’memantau’ semua pergerakan pemain-pemain yang lain.  Itulah yang membuat mereka berada di posisi yang tepat.
Ketika anda sadar sepenuhnya atas diri anda, maka anda menjadi tuan bagi diri anda sendiri.  Anda jadi pemimpin bagi diri anda sendiri.  Anda mengambil kendali diri anda.  Anda bukan hanya sadar atas fisik, pikiran, dan perasaan anda.  Anda bahkan sadar atas pertempuran di dalam diri anda.  Yap, pertempuran dalam diri antara ego (nafsu) dan nurani anda. Anda tahu di dalam diri anda ada pertempuran.  Anda jadi penonton pertempuran itu.  Kepada siapa anda berpihak terserah anda.  Anda punya kekuatan untuk memilih salah satu diantara keduanya, atau tidak memilih sama sekali.  Kekuatan untuk memilih tersebut adalah Free Will (Kebebasan Berkehendak/Memilih)
 2.       Free Will
 Misalnya Anda bertamu ke rumah saya.  Saya tawari anda minum : “Mau minum apa?  Teh atau Kopi?”  Apa jawaban anda?  Bila anda menjawab teh, maka anda baru menggunakan kekuatan Free Choice (Pilihan Bebas).  Begitu juga bila anda menjawab kopi, free choice.  Anda memang bebas mau milih minum apa, tapi pilihannya dibatasi oleh saya yang menawari. 
Anda disebut mengaktifkan Free Will, bila anda menjawab : “Kalau saya minta minumnya Jus Durian, Pak Supardi nggak keberatan kan?”  Nah, pilihan anda sudah keluar dari batas yang saya buat.  Free Will anda telah aktif.
 Free Will adalah kekuatan anda untuk bebas memilih hal-hal yang baik untuk anda.  Orang yang telah sadar dan free will-nya aktif, maka ia akan dengan mudah memilih memihak pada nurani untuk mengalahkan dan mengendalikan ego (nafsu).  Dua hal ini lah (kesadaran dan free will) yang membuat orang-orang hebat selalu bisa bertahan dan keluar dari berbagai kesulitan. 
3.       Keyakinan
Seorang pengamen jalanan memenangi Indonesian Idol.  Yap, itulah yang telah Aris buktikan pada kita semua.  Darimana kemenangan itu bermula? Keyakinan!.  Keyakinan Aris lah yang membakar dirinya untuk ikut audisi dan menjalani proses dengan penuh semangat.  Keyakinan bagaimana? Keyakinan bahwa ia layak dan berkemampuan untuk menjadi Indonesian Idol.  Dan keyakinannya pun benar dan terbukti. 
 Di Indonesia ini, banyak pengamen lain yang mungkin punya kemampuan yang lebih hebat dari Aris.  Tapi mereka tak punya keyakinan.  Akibatnya, mereka tidak bertindak.  Mereka diam dan menjadi penonton saja.  Itulah sebabnya, kenapa kemampuan bukan faktor utama dalam membentuk keyakinan yang membakar.  Jadi apa faktor utamanya?  FREE WILL.  Free Will membuat siapapun bisa memilih untuk yakin bahkan bila berbagai faktor lainnya justru membuat tidak yakin.
Jadi bila anda miskin, buruk rupa, cacat, pendidikan rendah, tinggal di kampung, dilecehkan oleh banyak orang – termasuk orang tua anda yang seharusnya mendukung anda, intelektualitas (IQ) rendah dan penyakitan, anda masih bisa memilih untuk yakin dan punya mimpi meraih sukses besar.  Bahkan menjadi yakin adalah satu-satunya harapan anda untuk meraih sukses itu.
Ketika keyakinan anda tak tergoyahkan, semangat anda akan terus terbakar setiap saat.  Memang api semangat itu sesekali redup.  Tapi ia tak akan pernah mati.  Ia bahkan terus membesar.
 4.       Tujuan yang membakar.
 Tak ada tujuan, tak ada semangat!  Hidup tanpa tujuan apapun akan melemahkan anda.  Anda hanya akan menjalani rutinitas yang sangat membosankan.  Bahkan punya tujuan pun belum tentu membuat anda semangat setiap saat.  Anda bukan hanya butuh sekedar tujuan.  Anda butuh tujuan yang membakar.  Tujuan yang membuat anda tidur larut malam dan bangun shubuh.  Tujuan yang sangat penting untuk diri anda. Tujuan yang bisa membuat anda rela berkorban apapun deminya.  Nah, tetapkan lah tujuan yang seperti ini, dan semangat anda meraihnya tak akan pernah padam.  Sang semangat akan terus membara dan membakar anda.
5.       Tekad
Tekad, niat super kuat yang membuat anda bertahan dalam badai apapun dalam mencapai tujuan anda. Tekad adalah sebuah kesadaran akan kesulitan yang akan menghadang di perjalanan.  Dengan tekad, anda justru akan semangat ketika kesulitan menghadang.  Anda sadar, hanya dengan mengatasi berbagai kesulitan lah, maka keinginan anda akan tercapai.  Justru dengan kesulitan lah anda menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih mampu, lebih yakin, dan lebih bersemangat.  Anda juga sadar bahwa manusia memang diciptakan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan besar.  Itulah kepercayaan Tuhan pada manusia yang terbesar.
 6.       Disiplin
Disiplin berarti hanya melakukan hal yang benar dan penting untuk anda. Tidak masalah apakah hal yang benar dan penting itu anda sukai atau tidak.  Dan memang sangat mungkin hal yang benar dan penting itu justru tidak menyenangkan, membuat anda menderita dan menimbulkan kesakitan-kesakitan fisik, mental, finansial, dan sosial.  Tapi disiplin benar-benar membebaskan jiwa anda.  Dan jiwa yang bebas merdeka membuat anda semangat setiap saat.
 Saya bangun tidur sebelum shubuh.  Dan ini – awalnya – sangat tidak menyenangkan.  Ketika alarm di HP saya berteriak-teriak, fisik saya masih ingin tidur.  Demikian juga dengan pikiran dan perasaan saya.  ”Ah, lagi enak nih.  Lima menit lagi deh”.  Untungnya, saya sadar, menggunakan freewill untuk memihak nurani.  Maka setiap hari, saya pun disiplin bangun sebelum shubuh.  Dan di setiap harinya, saya benar-benar merasa tenang dan bahagia.  Memang, ketika kita berhasil mengatasi kesulitan, maka itulah imbalannya.  Dan imbalan itu benar-benar sepadan.
 7.       Fokus
Fokus adalah sebuah janji untuk berada di jalur anda, apapun yang terjadi di jalur itu.  Bila anda telah memilih untuk berbisnis jualan sayuran misalnya, maka tetaplah di jalur itu, meski berbagai kesulitan menghadang.  Ketika anda tetap di jalur anda (fokus), maka anda akan lebih ahli dari waktu ke waktu.  Berbagai kesulitan di jalur anda itu telah anda kenali, dan anda ahli dalam mengatasinya.  Anda bahkan terus makin cepat dalam melakukannya.  Anda memang menapaki jalur anda dari nol.  Tapi tingkat anda terus meningkat.  Anda tidak pernah kembali ke tingkat nol lagi.  Itulah keuntungan fokus.
Masalah dengan orang yang tidak fokus adalah mereka harus memulai dari nol terus menerus untuk berbagai jalur yang mereka pilih.  Dan ini jelas menghamburkan sumberdaya.
 Nah, saudara... selamat bersemangat.  Setiap saat!!!

Semoga Menginspirasi.^_^
Dikutip dari: supardi lee

Thursday, November 10, 2011

Nilai Kepahlawanan

dakwatuna.com – Anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar mengungkapkan nilai-nilai kepahlawanan seperti nilai rela berkorban, cinta tanah air, kerja keras, keteladanan, kejujuran, demokratis, mandiri, dan bertanggung jawab harus diintegrasikan dalam pendidikan karakter. Sebab, sesungguhnya setiap mata pelajaran di sekolah bisa menjadi sarana penanaman nilai-nilai kepahlawanan tersebut.
“Misalnya, pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), Sejarah, Ilmu-ilmu sosial, dan Bahasa Indonesia. Melalui proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran itulah, nilai-nilai tersebut bisa ditanamkan,” ungkap Raihan di Jakarta, Rabu (9/11).
Raihan meminta agar pendidikan karakter jangan hanya menjadi jargon semu pemerintah saja. Karena pada kenyataannya pemerintah justru lebih memprioritaskan pada pencapaian aspek kognitif. Sehingga, imbuh dia, nilai-nilai kepahlawanan tersebut mengalami erosi dalam kehidupan masyarakat.
“Tidak ada lagi nilai-nilai keteladanan yang lahir dari pemimpin bangsa. Padahal, bangsa ini memiliki sejarah kepahlawanan yang gemilang yang patut diteladani oleh generasi sekarang,” ujarnya.
seharusnya pendidikan karakter menjadi intisari dari sistem pendidikan nasional, sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003. Pasal tersebut berbunyi; pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu, kata Raihan, sudah seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kmdikbud) mengubah orientasi kebijakannya dari yang semula berorientasi pada pencapaian nilai berupa angka-angka menjadi pencapaia
  • BIDANG DAN BIRO

  • n nilai-nilai berkarakter. Apalagi, sektor kebudayaan telah menjadi bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan nasional.
    “Momentum hari Pahlawan 10 November ini, seharusnya tidak hanya dijadikan seremoni dan jargon pemerintah belaka. Pemerintah harus betul-betul mengimplementasikan nilai-nilai karakter kepahlawanan tersebut dalam kebijakan sistem pendidikan nasional kita,” imbuhnya. (cha/jpnn)


    Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16399/nilai-kepahlawanan-harus-masuk-dalam-pendidikan-karakter/#ixzz1dGmUwHLO