Monday, November 29, 2010

Pemuda dan Perubahan


Para pemuda memang sering menjadi pelopor perubahan. Pemuda juga merupakan salah satu pilar peradaban yang sangat penting. Islam mengakui posisi kaum muda yang sangat strategis. Usia muda, menurut al-Qur’an, merupakan usia yang penuh kekuatan, usia yang terletak di antara dua fase kelemahan. Al-Qur’an melukiskannya dengan sangat indah:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS 30: 5)

Berilah aku pemuda, maka akan kuledakkan dunia”, begitulah yang diucapkan Soekarno. Kedasyatan pemuda jika ia mampu menggunakan potensinya untuk mengubah dunia. Berawal dari pemuda, semua potensi bisa berguna. Hari itu 28 Oktober 1928 menjadi tombak bangkitnya pemuda Indonesia. Sebuah momentum yang menandakan kegigihan perjuangan pemuda Indonesia. Kaum muda bertekad menyatukan negeri pertiwi ini dalam ikrar bertanah air satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; berbahasa satu, bahasa Indonesia. Itulah Sumpah Pemuda.
Sejarah tiap bangsa pun berawal dari sejarah kaum mudanya. Misalnya, Rusia yang merambah tahap mendebarkan sebagai bangsa, ketika penganut muda sosialisme Vladimir Ilyic Ulyanov giat merakit muslihat politik. Dia, yang lebih dikenal dengan Lenin, mengadopsi ajaran Karl Marx menjadi sistem kekuasaan totaliter di dunia. Kemudian, di belahan dunia yang lain, di Amerika Serikat (AS) pada dasawarsa 1970-an, kaum muda berhimpun menunjukkan penolakan mereka atas perang Vietnam dan wajib militer. Kaum muda AS, yang menamakan diri flower generation, menawarkan solusi humanistik dan alternatif perdamaian.

Tak ketinggalan pula, pemuda Palestina yang gigih berjuang mengusir zionis Israel dari negerinya. Mereka dengan semangat melepari musuhnya itu dengan batu-batu kecil. Di Indonesia, pada 1926, Soekarno muda menulis artikel tentang nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Pikiran kritis Soekarno ini mewarnai arus pemikiran intelektual muda pergerakan nasional. Jauh hari, 20 Mei 1908, pemuda dan mahasiswa sekolah tinggi kedokteran STOVIA, mencetuskan Boedi Utomo. Organisasi Boedi Utomo berperan aktif awal pergerakan nasional. Sebelum, selama, dan sesudah kemerdekaan, kaum muda berkontribusi besar di dalamnya. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Angkatan 66, Aksi Mahasiswa 1974 dan 1978, hingga gerakan reformasi 1998, sarat kiprah kaum muda dan mahasiswa. Bahkan, jika patut dicatat, seorang Dipa Nusantara (DN) Aidit masih berusia 32 tahun ketika menahkodai Partai Komunis Indonesia (PKI). Terlepas kontroversi seputar PKI, pencapaian DN Aidit layak beroleh goresan tebal, sebagai cuilan ikhtiar kaum muda mewarnai sejarah negerinya.
Lantas, selepas Sumpah Pemuda 1928, peran kaum muda berlanjut saat memanasnya suhu politik 1945. Menjelang proklamasi, sebelas orang pemuda yang dikenal dengan Kelompok Sebelas, terdiri atas Chaerul Saleh, Johar Noer, Wikana, Parjono, Abu Bakar, Sudewo, Armansyah, Subadio, Suroto, Kunto, dan DN Aidit, membopong Soekarno ke Rengasdengklok (Murad Aidit, Aidit Sang Legenda, 2005). Mereka memaksa Soekarno segera memproklamasikan independensi Indonesia. Mungkin, bila kaum muda tak mendesak Soekarno secepatnya memerdekakan Indonesia, sejarah Indonesia akan lain. Kedaulatan jadi barang langka. Progresifisme kaum muda kala itu menghapus keraguan pemimpin perjuangan kemerdekaan untuk segera melangsungkan proklamasi. Bila tidak, kesempatan itu pasti akan sulit diperoleh lagi.

Kemudian, pada 1966 kaum muda mendobrak tatanan lama. Angkatan 66 sukses mengkreasi era Indonesia baru, Orde Baru. Namun, mabuk kemewahan melanda penguasa Orde Baru, seiring berhasilnya agenda pembangunan. Tingkat ekonomi menjulang bersamaan ganasnya perilaku korupsi. Pada 1974 dan 1978 segelintir mahasiswa berjuang mengembalikan laju Orde Baru. Mereka mendambakan pemerintahan yang bersih, terbuka, dan bebas korupsi. Akhirnya, Orde Baru runtuh pada 1998. Lagi-lagi oleh kaum muda dan mahasiswa yang tidak suka dengan perilaku menyimpang Orde Baru, korupsi yang akut, birokrasi yang sakit, totaliterianisme, dan pembiaran pemiskinan rakyat.

Namun, perubahan zaman membuat semangat pemuda makin surut. Banyak masalah yang timbul dari pemuda.  Mulai dari narkoba, free sex, kriminalitas, tawuran, dan perbuatan negatif lainnya. Hendaknya, kaum muda sadar bahwa musuh kita bukanlah agama tertentu atau etnis tertentu atau suku tertentu.  Tetapi, musuh kita adalah kezaliman. Semua berawal dari pemuda. Mengapa pemuda? Mudah saja menjawabnya. Pemuda adalah penerus tombak estafet kepemimpinan negeri ini. Jika pemudanya bersih, maka kepemimpinannya kelak akan bersih pula. Mari berbenah diri, tunjukkan semangatmu wahai pemuda! Jangan kau susahkan negeri ini. Hiasi negerimu dengan prestasimu. Semangat! Allahu Akbar!

No comments:

Post a Comment