Monday, November 29, 2010

Mendeteksi Sumber Bencana

Kecanggihan teknologi seakan-akan tak berkutik (lagi) untuk sekedar mengurangi, apalagi membendung beragam estafeta bencana dan musibah yang tanpa kompromi setiap saat bisa dahsyat menimpa segala penjuru bangsa kita.
Telah banyak terjadi bencana yang melanda bangsa ini, masih teringat jelas tsunami yang melanda Aceh, lumpur lapindo di Sidoharjo, gempa bumi diyogyakarta dan Padang, tanah longsor, yang banyak memakan korban, serta baru-baru ini terjadi gunung Sinabung Sumatra Utara meletus, keadaan cuaca yang ekstrim seharusnya musim kemarau tetapi banyak hujan sehingga terjadi banjir., banjir dan diikuti tanah longsor di Wasior Papua bahkan di Pesawaran 3 desa terisolasi karena terkena banjir serta tanah longsor. Banyak kerugian yang diderita dan banyak orang kehilangan nyawa dan harta bendanya..                             


Bencana alam merupakan salah satu mushibah yang kehadirannya tidak diharapkan. Seringkali upaya antisipasi terjadinya bencana alam sudah dilakukan, namun terjadinya bencana alam tidak terantisipasi, Sudah menjadi sunnatullah di muka bumi Allah ini, adanya hukum sebab akibat. Sudah barang tentu musibah yang banyak kita alami pada tahun-tahun terakhir ini pasti ada sebabnya. Salah satu sebab datangnya musibah adalah karena maksiat yang diperbuat oleh manusia. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Telah nampak  kerusakan di darat dan di laut  disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar, taubat)”. (QS. Ar Ruum: 41)

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Yang menjadi sebab Allah menampakkan sebagian kerusakan di muka bumi adalah karena berbagai dosa yang dilakukan manusia”. Sedangkan lanjutan ayat (yang artinya) “supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka”, yang dimaksud di sini adalah sebahagian akibat dari dosa-dosa yang mereka kerjakan. Dengan demikian sebab kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi berupa berbagai kekurangan, bahaya, kesedihan, penyakit dan lainnya yang Allah tampakkan adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya. Akibat setiap hambaNya melakukan kemaksiatan, Allah ‘Azza wa Jalla akan timpakan kepada mereka bencana sebagai hukuman atas perbuatan mereka.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bagi kita bahwa sebab bencana dan musibah yang kita alami adalah karena perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Meskipun demikian musibah yang kita rasakan saat ini hanyalah sebagian kecil dari akibat dosa-dosa yang telah kita perbuat. Sekiranya ditimpakan seluruh akibat dari dosa-dosa yang telah kita perbuat, niscaya tidak ada seekor binatang pun yang dibiarkan hidup di muka bumi ini.

˜Detektor Bencana”
Benar, banyak hadits meriwayatkan bahwa kasih sayang Rasulullah SAW tidak mengizinkan jika umatnya akan didera bencana akibat banyak melakukan dosa, sebagaimana umat para Nabi terdahulu itu. Harapan-Nya: Siapa tau anak cucu manusia kelak akan banyak yang bertakwa kepada Allah SWT.
Namun kita tak patut berbangga! Karena secara terpisah baginda Nabi SAW pun bersabda kepada Ummu Salamah (istriNya):  

“Jika segala bentuk kemaksiatan telah merajalela di dalam suatu bangsa (umat-Ku), maka Allah meratakan adzab dari sisi-Nya kepada mereka”.
Ummu Salamah bertanya: “Wahai Rasulallah, apakah dalam kondisi (dilaknat) itu masih terdapat orang sholeh, taat beribadah?
Rasulullah menjawab: “masih  ada”.
Ummu Salamah bertanya lagi: Lalu bagaimana mereka?
Rasulullah pun menjawab: “Orang-orang shaleh taat beribadah yang terdapat pada kaum (bangsa) tersebut, juga turut ditimpa bencana, kemudian mereka akan mendapatkan ampunan dan keridhoan dari Allah”. (HR. Ahmad dari Ummu Salamah isteri Nabi SAW. VI/ 304 atau no.26122, Al-Haitsami mengatakan, hadits ini rijalnya shahih).

Diantara esensi hadits tersebut. Kemaksiatan segelintir orang, tidak hanya si pelaku yang menanggung akibatnya, tapi juga mampu menyebabkan datang dahsyatnya adzab bagi orang lain, bahkan seluruh bangsanya, yang taat beribadah sekalipun turut terkena imbasnya.

Sebagai contoh: Berbagai bencana, bentuk dan proses timbul hanya karena diundang oleh manusia dengan ragam dosa-dosa yang dilakukannya sendiri, Al-Quran  membuktikannya.dalam kisah-kisahnya.
Kaum (selanjutnya disebut masyarakat) Nabi Nuh AS diadzab, ditenggelamkan dengan banjir bandang karena kekafiran mereka, hingga salah seorang anak Nabi Nuh sendiri (bernama Kan’an) pun turut tenggelam karena keinkarannya (lihat QS. Huud/11: 41-44).
Masyarakat Nabi Luth AS (termasuk juga isterinya), mereka homosek ,diadzab oleh Allah dengan dihujani batu panas dan buminya dibalik (Lihat QS. Huud/ 11: 82-84).
Masyarakat Nabi Syu’aib AS, di Madyan dihantam gempa hingga jadi mayat-mayat yang bergelimpangan karena kekafiran mereka dan curang dalam menakar dan menimbang. (Lihat QS. Al-A’raaf: 85-94).

Masyarakat Tsamud dihancurkan dengan petir, dan masyarakat ‘Ad dihancurkan dengan angin dingin sangat kencang (lihat QS al-Haaqqah/69: 4-7).
Fir’aun (Ramsis 11) dan kroni-kroninya yang kafir telah dihunjami bencana berupa taufan, belalang, kutu, kodok, dan darah; kemudian minta agar dimohonkan oleh Nabi Musa AS untuk dilepaskan dari adzab itu. Setelah dilepaskan oleh Allah adzabnya, lalu mereka kafir lagi, bahkan sang Firaun tetap memproklamirkan diri sebagai  Tuhan. Maka Allah tenggelamkan mereka di dasar laut Merah. (Lihat al-A’raaf/ 7:133-136).
Iblis dilaknat oleh Allah SWT, dikeluarkan dari surga karena tidak mau mengikuti perintahNya, untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. ( lihat al-Hijr/ 15: 34-36). Masyarakat Nabi Hud AS mendustakan Nabinya, maka mereka dibinasakan oleh Allah. (lihat as-Syu’ara’/ 26: 139).

Contoh di atas, merupakan sebagian dari data atau dokumen bencana yang terdapat di dalam al-Quran, dan masih banyak contoh lainnnya. Belum cukupkah contoh-contoh itu sebagai pijakan introspeksi keimanan kita? Bukankah kemaksiatan dan bentuk bencana yang terjadi pada masyarakat terdahulu itu sudah banyak terjadi dan melanda bangsa kita,
Bebarangan dengan estafeta dahsyatnya bencana. Hampir segala kemaksiatan yang pernah dilakukan oleh masyarakat (kaum) terdahulu yang mendatangkan bencana itu, anehnya segala ragam (kemaksiatan itu) terus bertambah menjalar kesegala sendi hidup dan kehidupan bangsa kita.
Diantara contohnya. Free sex, Over dosis narkotika liar, kian akrab ˜bersahabatâ dengan berbagai lapisan usia penghuni negeri ini. Utamanaya kronis menjangkit komunitas generasi muda tak terkecuali mereka yang ˜fisiknyaâ akrab dengan bangku institusi pendidikan. Persis zaman jahiliyah, sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun bersabda: :Bahwa maraknya zina adalah penyebab utama terjadinya malapetaka”(HR. Ahmad).
Perempuan Lia Eden telah lama mengaku sebagai ˜malaikat Jibril, Abdurrahman pengikutnya mengaku reinkarnasi ˜Nabi Muhammad” Bak regenerasi(tepatnya anak-cucu) Firaun, bukan? Meski belum ada yang memproklamirkan diri sebagai Tuhan.. Sekarang juga banyak yang suka dengan sesama jenis. Pria dengan pria, wanita dengan wanita. Se, semua sudah kebalik-balik. Inikah reinkarnasi masyarakat Nabi Luth?
Illegal logging dan sejenisnya, alias banyak kerusakan akibat perbuatan tangan-tangan manusia, kian menjadi berita wajib bangsa kita (lihat QS. ar-Ruum/ 30: 41).Sepilis merusak akidah umat. Barangkali semua contoh-contoh di atas itulah akibatnya..
Ya, sesuai “sportifitas keimanan”, bukankah seharusnya mendekatkan diri (Munajat)kepada Allah SWT, mari memohon ampunan (istighfar), berdoa atau berdikir dan amaliah ibadah dimanapun dan kapanpun kita berada.Setiap kejadian di dunia ini, baik yg membahagiakan kita atau sebaliknya membuat kita menderita,adalah  skenario Allah. Seoarng hamba seharusnya dpt mengambil hikmah dari setiap bencana, musibah dan  kejadian  fenomena alam. Karena itu, janganlah menjauh dr Allah, agar hidayah& taufik-Nya terus mengalir kepda kita. Wallahu a'alam.   

No comments:

Post a Comment