Pembelajaran
Berbasis Projek (Project Based Learning) merupakan sebuah
pendekatan konstruktif yang menekankan pada kegiatan belajar jangka panjang,
inter disiplin dan student-centered. Pendekatan pembelajaran ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dalam mengeksplorasi hal-hal yang
relevan dengan dunia nyata. Melalui proyek yang dilakukan oleh siswa, mereka
akan memperoleh pengetahuan lebih dalam, melatih belajar mandiri serta
meningkatkan kemampuan dalam mengasah ketrampilan memecahkan masalah (problem-solving
skills). sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
(CORD, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss &
Van-Duzer, 1998).
proyek
selain dilakukan secara kolaboratif juga harus bersifat inovatif, unik, dan
berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa atau
kebutuhan masyarakat.Di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning), siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar mereka. Oleh
karena itu, di dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru atau instruktur tidak
lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi instruktur menjadi
pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa. (Alamaki, 1999)
Proyek
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek adalah terfokus pada pertanyaan atau
masalah, yang mendorong pebelajar menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep
dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat
halus dan agak susah diraba. Difinisi proyek (bagi siswa) harus dibuat
sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan
konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas
dan mendalam (Baron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, &
The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Proyek
dalam Pembelajaran Berbasis Proyek mungkin dibangun di sekitar unit tematik,
atau gabungan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin,
tetapi itu belum sepenuhnya dapat dikatakan sebuah proyek.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengejar pebelajar, sepadan dengan aktivitas,
produk, dan unjuk kerja yang mengisi waktu mereka, harus digubah (orchestrated)
dalam tugas yang bertujuan intelektual (Blumenfeld, et al., 1991).
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Belajar
Berbasis Proyek adalah pendekatan pembelajaran yang merangkum sejumlah ide-ide
pembelajaran, yang didukung oleh teori-teori dan penelitian substansial. Bagian
ini mencoba mengetengahkan bahasan teoretik yang mendasari Pembelajaran
Berbasis Proyek. Menurut Mayer (1992)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model
pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik.
Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara
lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada
aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi
kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi
(Ajeyalemi, 1993).
2.2
keuntungan dan kerugian dari project based learning
1.
keuntungan project based learning
Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997)
meneliti sejumlah artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan
sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan
proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Atribut
keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
Ø
Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan
tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun
sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga
melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum
yang lain.
Ø
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian
pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan
perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan
perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
Ø
Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya
kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson &
Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi
online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif
yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial,
dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky,
1978; Davydov, 1995).
Ø
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari
menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas
yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
Ø
Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan
keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus
tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk
setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan
yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat
penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan
keterampilan yang amat penting di tempat kerja kelak. Karena hakikat kerja
proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung
di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan
cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
2. kerugian project
based learning
Menurut syaiful bahri
djamarah dan aswan zain, kekurangan dari metode proyek sebagai berikut:
Ø Pemilihan topic
unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas yang
sumber-sumber belajar yang diperlukank, bukanlah merupakan pekerjaan yang
mudah.
Ø kurikulum yang
berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical maupun horizontal, belum
melaksanakan metode ini
Ø bahan pelajaran
sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas
No comments:
Post a Comment