Lalat buah Drosophila
melanogaster lalat yang suka sekali mengerumuni buah yang masak ini banyak
digunakan penelitian genetika, karena:
·
mudah
didapat di alam
·
Mudah
dipelihara dan tidak memerlukan tempat yang luas, cukup dalam botol jam saja.
·
Mempunyai
siklus hidup, pendek yaitu 14 hari saja, sehinggga dalam waktu singkat sudah
dapat diketahui keturuanannya. Bila diadakan percobaan perkawinan.
·
Hanya
mempunyai delapan kromosom, sehingga mudah dihitung.
1.
Morfologi Drosophila melanogaster
Drosophila
melanogaster adalah jenis
serangga bersayap yang masuk kedalam ordo diptera (bangsa lalat). Spesies ini
umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka Biologi eksperimental
(walaupun banyak jenis lalat buah
laianya) dan merupakan organisme model yang paling banyak digukana dalam
penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupananya . Drosophila
melanogaster populer karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu 2
minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupanya), mudah pemeliharaanya,
serta memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah diamati. Adapun ciri-ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya
yaitu:
1.
Warna
tubuh kuning kecoklatan, dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang
2.
Berukuran
kecil antara 3-5 mm
3.
Urat
tepi sayap (costal vein) mempunyai 2
bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.
Sungut
(arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.
Cross-vein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6.
Mata
majemuk berbentuk bulat, agak elips dan berwarna merah
7.
Terdapat
mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata
majemuk.
8.
Thoraks
berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan
bergaris hitam.
9.
Sayap
panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thoraks.
2.
Beda Jantan dan Betina
Pada serangga umumnya, lalat Drosophila yang betina mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan lalat jantan.
Beda lalat Drosophila jantan dan betina bisa kita
lihat pada tabel berikut:
Gambar (atas) lalat Drosophila melanogaster, yang jantan lebih kecil daripada yang
betina. (bawah) diagram kaki depan kiri dari lalat jantan. C= coxa; TR=
trochanter; F= femur; TI = tibia; TA = tarsus. Metatarsus lalat jantan memiliki
sisir kelamin (“sex comb”), yang betina tidak.
3.
Materi Genetik
Inti sel tubuh lalat Drosophila mengandung delapan kromosom, yang terdiri dari:
·
6 (=tiga
pasang) autosom (disingkat A), ialah kromosom yang bentuk dan ukurannya sama
pada lalat betina maupun jantan.
·
2
(sama dengan satu pasang) kromosom kelamin atau sex kromosom. Pada lalat
betina, sex kropmosom ini sama besarnya dan dinamakan X kromosom. Jadi lalat
betina adalah XX. Pada lalat jantan, satu sex kromosom bentuknya persis
kepunyaan lalat betina, sedangkan satunya lagi lebih kecil, dinamakan Y
kromosom. Jadi lalat jantan adalah XY.
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk Drosophila adalah: lalat
betina =3AAXX, lalat jantan = 3 AAXY
Gambar inti sel lalat Drosophila dengan 8 kromosom yang dibedakan atas 3 pasang autosom
dan 1 pasang seks kromosom.
Lalat betina membentuk satu macam ovum (sel telur)
yang mengandung tiga autosom dan 1 X- kromosom. Lalat jantan membentuk dua
macam sperma, yang satu macam membawa 3 autosom dan 1 X-kromosom, sedang yang
lain membawa 3 autosom dan 1 Y-kromosom. Terjadinya anak lalat betina dan
jantan terlihat pada gambar di bawah ini:
Skema yang memperlihatkan terjadinya anak betina
dan jantan pada lalat Drosophila
Nondisjunction
Nondisjunction pada Drosophila
melanogaster andaikata terjadi selama oogenesis (pembentukan ovum) maka
terjadilah beberapa kelainan dalam keturunan. Kelainan-kelainan itu berupa:
·
Lalat
betina super (3AAXXX). Lalat ini tak lama hidup karena organ-organ tubuh tidak
sempurna.
·
Lalat
3AAXXY. Lalat ini seperti lalat betina normal dan subur.
·
Lalat
3AAX0. Lalat ini jantan tetapi steril (mandul).
·
Lalat
Y0 tidak ada sebab letal (mati),
Berdasarkan kelainan-kelainan itu, dapat diambil kesimpulan penting,
yaitu bahwa pada Drosophila:
1.
Y-kromosom
itu bukanlah kromosom yang membawa gen kejantanan. Bukti: lalat XXY= betina;
lalat X0= jantan.
Y-kromosom lebih tepat dikatakan membawa gen
kesuburan. Bukti: lalat XXY= subur; lalat X0=steril
2.
X-kromosom
fungsinya membawa gen kehidupan. Bukti: lalat Y0 tidak ada (letal)
Berhubung dengan itu Bridges mengemukakan bahwa untuk menentukan seks
pada lalat Drosophila sebaiknya menggunakan teori keseimbangan tentang seks,
yaitu dengan mencari indeks kelamin.
Indeks kelamin = banyaknya X-kromosom atau X
banyaknya set autosom A
Formula kromosom
|
Indeks kelamin X/A
|
Jenis kelamin
|
AAXXX
|
3/2=1,50
|
Betina super
|
AAXX
|
2/2=1,00
|
Betina
|
AAAXX
|
2/3=0,67
|
Interseks
|
AAXY
|
1/2=0,50
|
Jantan
|
AAAXY
|
1/3=0,33
|
Jantan super
|
Secara singkat :
Drosophila adalah jantan bila I.K.=0,50 ; betina bila
I.K.=1,00 ; interseks bila I.K antara 0,50 dan 1,00 ; betina super bila I.K.
> 1,00 ; jantan super bila I.K. < 0,50.
Selain kelainan-kelainan tersebut, masih dikenal pula:
·
Lalat
interseks. Lalat ini triploid (3n) untuk autosom sehingga formulanya 3 AAAXX.
Tubuhnya terdiri dari campuran sel-sel betina dan jantan. Lalat ini steril.
·
Lalat
ginandomorf yaitu lalat yang separuh tubuhnya terdiri dari sel-sel betina,
sedang yang separuh lainnya terdiri dari sel-sel jantan. Lalat ini steril dan
tidak ada formula kromosom untuknya.
·
Lalat
dengan dua kromosom-X yang melekat pada salah satu ujungnya. Kecuali itu, lalat
ini juga masih mempunyai sebuah kromosom-Y. Kelamin dari lalat ini betina dan
subur, sehingga terdapatnya kromosom-Y itu tidak berpengaruh pada seks. Lalat
ini disebut lalat dengan “attached-X chromosom”, dan mempunyai formula kromosom
3AAXXY
Terpaut Seks pada Drosophila melanogaster
Adanya peristiwa terpaut seks mula-mula ditemukan oleh T.H. Morgan.
Pada suatu hari, ia menemukan lalat Drosophila
jantan berwarna putih, sedangkan yang normal bermata merah. Oleh karena yang
bermata putih itu menyimpang dari yang normal maka lalat itu dinamakan mutan.
Warna mata pada Drosophila
melanogaster, A. Betina bermata merah (normal); B. Jantan berwarna putih
(mutan).
Morgan segera mengawinkan lalat jantan bermata putih itu dengan lalat
betina normal (bermata merah) dan mendapatkan lalat-lalat keturunan F1 yang
semuanya normal (bermata merah), baik yang betina maupun yang jantan. Ketika
lalat-lalat F1 dikawinkan didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan
perbandingan ¾ bermata merah, ¼ bermata putih. Kecuali itu, lalat F2 betina
semuanya bermata merah, tetapi separuh dari jumlah lalat jantan bermata merah
sedang separuh yang lainnya bermata putih.
Perkawinan resiproknya memberi keturunan yang berlainan, yaitu semua
lalat betina dalam F1 bermata merah sedangkan semua lalat jantan bermata putih.
Dalam keturunan F2 baik yang betina maupun yang jantan memisah 50% bermata
merah dan 50% bermata putih.
Berdasarkan hasil beberapa percobaan perkawinan yang dilakukannya itu,
Morgan mengambil kesimpulan bahwa gen penyebab mata berwarna putih itu adalah
resesif dan terdapat pada kromosom-X.
Alel ganda pada Drosophila
banyak variasi tentang warna mata pada lalat ini, dan warna mata itu
berderajat, mulai dari merah tua dan merah terang sampai pada warna putih.
Berbagai macam warna itu merupakan mutan yang ditentukan oleh suatu seri alel
ganda. Alel yang dominan adalah w+ , sedang yang resesif adalah w.
Tabel Warna Mata pada Drosophila (disusun mulai dari yang paling
dominan ke yang paling resesif)
Genotip Lalat
|
Warna mata
|
w+w+
|
Merah tua (lalat normal)
|
wcolwcol
|
Merah nyata
|
wsatwsat
|
satsuma
|
wcowco
|
Koral (karang)
|
wwww
|
Anggur
|
wchwch
|
Buah talok (“cherry”)
|
wewe
|
eosin
|
wblwbl
|
Darah
|
wawa
|
Aprikot
|
wbfwbf
|
Kulit penggosok (“buff”)
|
ww
|
Putih
|
(Suryo, 1996)
4.
Siklus Hidup
Metamorfosis pada
Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I –
larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur
Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa .
Telur Drosophila berbentuk
benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina
dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan
meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan
mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua
lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan
suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangka tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari
telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna
putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna
hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel
yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior.
Saat kutikula tidak lunak
lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa.
Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang
tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi
instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah
pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk
membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas
permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika
dapat diringkas, pada Drosophila,
destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang
berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke
instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan
dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat
saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka
pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya
merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini
larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa .
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa .
Struktur dewasa tampak
jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti
pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut
anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke
bentuk dewasa .
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu
siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah
warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina
akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang
sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Faktor yang mempengaruhi
siklus hidup Drosophila antara lain:
· Suhu Lingkungan;
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal.
Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat
akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah
atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya
relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat
dewasa yang tumbuh akan steril.
· Ketersediaan Media
Makanan; Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun
apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran
kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa
dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas
dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang
dimakan oleh larva betina .
· Tingkat Kepadatan Botol
Pemeliharaan; Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan
tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol
pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu
padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila
kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur
dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
· Intensitas Cahaya;
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami
pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
5. Cara
Mengembangbiakkan
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah
dipelihara dalam laboratorium karena makanannya sangat sederhana, hanya
memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat.
a. Menangkap Lalat
Buah
Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan
pisang atau buah-buahan lain yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik
kosong. Setelah beberapa pasang lalat buah masuk ke dalam plastik, lalat buah
dipindahkan ke botol media. Makin banyak lalat yang tertangkap makin baik,
karena meningkatkan kemungkinan terdapatnya lalat betina dan memperkecil
kemungkinan adanya kontaminasi oleh jamur. Kemudian botol disimpan di tempat
teduh.
b. Memelihara Lalat Buah
Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media.
Media yang digunakan dibuat dari pisang yang sudah dihancurkan dan ragi.
Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya disimpan
ditempat yang teduh. Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media
dengan membuang bagian yang terkontaminasi dan sedikit daerah disekitarnya
menggunakan sendok. Kultur dapat juga dipindahkan ke media baru, dengan
mensterilkan botol dan sumbat busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat
basah,masukkan kertas saring kedalam botol media tersebut.
(http://www.scribd.com/doc/32326009/Laporan-Genetika-Lalat-Buah)
Selain itu, biasanya Lalat buah (Drosophila melanogaster)
dikembangbiakan dalam botol medium, mediumnya dapat terdiri dari :
o Molase
o Agar Molase
o Agar Pisang
oCampuran antara Pisang dengan tape singkong dengan perbandingan 6:1
Jenis medium yang paling banyak digunakan adalah medium yang terdiri dari campuran antara pisang dengan tape singkong. Jenis medium ini juga biasanya digunakan untuk pemeliharaan.
Jenis medium yang paling banyak digunakan adalah medium yang terdiri dari campuran antara pisang dengan tape singkong. Jenis medium ini juga biasanya digunakan untuk pemeliharaan.
(gambar medium yang digunakan untuk
mengembangbiakkan Drosophila)
DAFTAR
PUSTAKA
Suryo. 1996. Genetika. Jakarta: depdikbud PPTA.
Suryo. 1990. Genetika Manusia.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
http://www.scribd.com/doc/32326009/Laporan-Genetika-Lalat-Buah
No comments:
Post a Comment