Tuesday, September 4, 2012

Tausiah Islami: Berbaur Tanpa Melebur


Oleh: Tim Kreatif MCU Birohmah 2012/2013
“Sembahlaah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang, Ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (Al-Qur’an: Annisa ayat 36). Cukuplah ayat tersebut menjadi perwakilan dari sekian banyak ayat yang menyinggung tentang kewajiban terhadap sesame manusia. Makna dekat dan jauh disini memiliki beberapa pengertian, ada yang mengartikannya dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula yang mengartikannya sebagai hubungan antara yang muslim dan yang bukan muslim.

Memang tak dapat dipungkiri, kita sebagai makhluk sosial akan senantiasa berinteraksi kepada siapapun yang ada di sekitar kita. Sesuai dengan ayat tersebut di atas, kitapun diharuskan untuk bergaul pada semua orang tanpa memperdulikan status sosial, bahkan agama sekalipun.


Sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dengan kata interaksi antar sesame, ada titik tekan yang perlu diperhatikan. Perlu diingat bahwa manusia, dalam artian ini adalah masyarakat muslim, yang memiliki prinsip-prinsip yang mesti dipegang kukuh dimanapun dan kapanpun kita berada. Dalam bergaul, sudah semestinya kita tidak mengabaikan identitas keislaman yang tertanam dalam diri kita. Sebab kita mempunyai pedoman hidup berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dua kunci yang saling terkait untuk memasuki pintu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seharusnya, sudah menjadi hal yang wajib bahwa islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya, termasuk dengan lingkungan sekitar. Menjadi mahasiswa idealis, tapi realistis. Untuk dapat mewujudkan ungkapan tersebut agar dapat menyatu dalam diri kita, tentunya terlebih dahulu kita harus bangga terhadap identitas kita sebagai mahasiswa muslim. Nah bagaimana caranya”salah satu caranya adalah dengan mengetahui hakikat mencari ilmu dan pentingnya kita sebagai seorang muslim untuk dapat mengoperasikan akal seoptimal mungkin. Bidang focus ilmu apapun disertai dengan pemahaman agama yang benar akan membentuk muslim prestatif dan menjadi problem solver yang handal dalam kehidupan.

Muslim prestatif dan problem solver, mungkin ini bisa kita jadikan titik tekan yang dapat dibahas secara mendalam. Muslim prestatif, hal ini menunjukan seorang muslim yang unggul dalam kiprahnya di bidang akademik, sementara problem solver menunjukkan sisi sosial yang mesti dimiliki guna menjawab tantangan-tantangan dalam kehidupan. Dua karakter yang tercermin jelas pada Lelaki Pembawa Lentera Ilmu, Lelaki yang kata dan perbuatan tak pernah bertentangan, yakni beliau Rasulullah SAW. Tentunya kita tak melupakn sosok manusia unggul yang diutus Allah SWT untuk dijadikan sebagai figure utama, contoh tauladan bagi seeluruh umat manusia. Menilik keperibadiannya serta kesehariannya yang mampu mensinergiskan sisi prestatif, sosial dan spiritual sehingga tak heran jika beliau menjadi sangat dikenal pada orang-orang semasa itu sebagai pribadi yang istimewa. Bahkan, masyarakat nonmuslim diberbagai belahan dunia pun mengakuinya. Pada masa itu, pribadi muslim sudah tak diragukan lagi keunggulannya. Tak hanya itu, seperti kita ketahui, dalam bukunya, Michael H.Hart telah mencantumkan Rasulullah SAW ke dalam daftar seratus tokoh yang berpengaruhi di dunia, dan tanpa pikir panjang menempatkan beliau dideretan nomor satu dari keseratus tokoh tersebut. Buku ini sempat menjadi perdebatan dan merupakan buku controversial dalam perjalanan sejarah yang pernah ada, padahal penulis bukanlah dari kalangan muslim dan kenyataan sekarang islam bukanlah agama yang paling banyak di anut di Dunia Internasional.

Maka, sudah selayaknya kita berbangga hati terhadap prestasi yang pernah diukir peradaban islam yang lambat laun mungkin dapat dikatakan “memudar’’. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa Rasulullah Muhammad SAW merupakan satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Lihatlah ! Kita mempunyai sosok teladan yang begitu luar biasa. Kembali lagi ke titik awal, dari situlah seharusnya kita menyadari, menjadi mahasiswa islam bukanlah suatu pilihan yang buruk. Malah, sudah sepantasnya kita membangun kembali peradaban yang pernah hilang dari  kehidupan umat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu dari diri kita. Bagaimana kita mengelolah keseharian kita sedemikian rupa dalam menjaga pola interaksi terhadap sesame tanpa mesti kehilangan nilai keislaman kita dan menunjukan keunggulan dalam prestasi. Dan kesemuanya itu dapat dicapai dengan langkah awal yaitu bangga terhadap diri kita, lebih sempitnya…bangga menjadi mahasiswa muslim Universitas Lampung.

Setelah ada rasa bangga terhadap identitas kita sebagai mahasiswa muslim, “tugas” selanjutnya adalah mempertahankan istiqomah. Sikap istiqomah atau berpendirian teguh ini juga merupakan suatu hal yang tak kalah pentingnya. Sebab, sikap istiqomahlah yang dapat berperan sebagai “tali pengikat” kita untuk tidak”terkontaminasi” terhadap pergaulan sekitar kita yang buruk.  Melihat kepada realita yang ada, tidak sedikit mahasiswa yang malah kehilangan jati dirinya dalam bergaul dan minder terhadap identitas keislamannya.

Jadi, harapannya, dimanapun kita berada, dengan siapaun kita berteman, sejauh apapun kita melangkah masuk dalam suatu kelompok sosial, kita tidak akan kehilangan nilai-nilai islam yang sudah terpatri dalam hati kita, justru malah mensyiarkan nilai-nilai tersebut dan membuktikan bahwa sistim ini adalah sistim islam terbaik, integralitas, yang mencakup segala bidang kehidupan.

No comments:

Post a Comment