Monday, September 10, 2012

Cerpen: Khilaf-Tumbuh-Semangat


“Allahu Akbar… Allahu Akbar!”
Alunan azan membahana dari masjid seantero kosan ku. Udara pagi terasa menelusuk tulang hingga mendorong tanganku menarik selimut dan menyempurnakan posisiku, menutupi seluruh bagian tubuhku.
“Allahu Akbar… Allhu Akbar!”
Seruan itu kembali mengoyak telingaku. Akhh… mataku terasa berat sekali. Kurasakan lelah yang mendera di sekujur tubuh. Kututup kedua telingaku dengan bantal. Aku tak hendak mendengarkan seruan itu.
“Asyhadu anlaa ilaaha illalloh…!” Aku tak sanggup lagi. Mataku telah tergembok rapat. Semalaman aku berkencan dengan seabrek tugas kuliah yang harus kuselesaikan hari kemarin. Keadaan seperti ini sering terjadi saat aku sedang kelelahan tak bisa mengahantarkan tubuhku ke kedinginan air yang menyergapku. Aku kalah pada keadaan. Sebenarnya tidak juga begitu. Aku terserang penyakit malas. Karena kesibukanku yang makin menggila. Aku rasa, aku butuh istirahat yang cukup.
***
Kriiingg… kring…! suara jam weaker mengejutkanku hingga aku terbangun dari tidur yang tak begitu nyaman. Pukul tujuh. Artinya, aku harus segera bersiap-siap pergi ke sekolah tempat ku mengajar. yaaa,,,sembari kuliah, kusempatkan diri untuk mengajar, lumayan untuk penambahan uang saku ku. Aku harus lekas , tak boleh terlambat.
Dalam sekejap Motor-ku melaju melewati jalanan  yang mulai dilanda macet dan berbaur dengan aroma CO2. Udara yang seharusnya masih segar dan sehat sepagi ini, telah dilalap kentalnya kadar karbondioksida yang membanjiri Bandarlampung. Namun aku sudah bersahabat dengan segala keadaan ini, karena mencari uang adalah hidupku. Kesibukan duniawi yang membawaku kepada kenyamanan lahir, telah membuatku puas.
Dulu, waktu Ibu masih hidup, aku selalu dibanjiri oleh nasihatnya agar aku tak meninggalkan shalat. Tapi nikmatnya dunia kini membuatku berpikir, untuk apa aku shalat? Toh rezeki itu aku yang kejar sendiri. Ia tak akan datang ketika aku hanya berdiam diri dan shalat di rumah. Kalau aku begitu, jadilah aku orang yang miskin, yang hanya mengharap belas kasihan orang lain untuk dapat makan barang sehari. Tak mungkin uang akan turun dari langit seperti hujan. Mustahil. Dan jadi orang miskin itu hanya merusak martabat manusia. Membuat aib saja.
“Assalamualaikum! Selamat pagi,!” sapa seorang karyawan penjaga sekolah. sebut saja “pak halim”. 
“Pagi..” aku menjawab tanpa menoleh. Aku menerobos ruang dan waktu, berjalan angkuh layaknya seorang bos. Itulah hari-hariku. Ya, seperti yang aku ceritakan sebelumnya. Aku puas dengan semua kecukupan yang aku miliki sekarang. Limpahan harta walaupun aku hanya seorang guru dan statusku masih mahasiswa. Dengan kesombongan diri yang kumiliki aku dapat hidup dengan tenang . Kesenangan dunia membuatku perlahan melupakan bahkan tak merasa ada orang yang telah melahirkanku dulu. Bagiku, itu memang sudah takdir. Dan sekarang aku bisa mengubah takdir dengan tanganku. Haahh… aku senang dengan hidupku.
***
Tepat pukul 12.00 tibalah aku dikampus, karna memang ada mata kuliah yang harus aku jalani. Rino,riyan,yoga telah menungguku dikampus.
“Bos kita dateng”!! jerit ryan kepada rino dan yoga yang memang nyaris terdengar pula di telingaku.
Aku hanya tersenyum melihat kelakuan yang mereka perbuat. Yaaa… Mereka adalah teman seperjuanganku, mereka bisa menerimaku apa adanya. Itulah teman-teman yang selalu menemani hari-hariku dikampus. Walaupun terdengar gossip yang melintang ditelingaku bahwa mereka ingin memanfaatkanku karna aku memang cukup mampu dibanding mereka. Walaupun begitu aku tak pernah perduli apa kata orang lain, karna aku yakin mereka tak seperti itu. Mereka menerimaku sebagai sahabat, bukan sebagai tempat untuk dimanfaatkan.
“Bolos aja yuk..males gw kuliah”.! Ajak yoga kepadaku.
ryan dan rino pun ikut mengajakku. Mau tak mau aku mengangguk meng-iya kan.
Yaaa.. aku selalu bolos kuliah, nongkrong bersama teman-temanku. Hari-hariku dikampus, ku habiskan hanya untuk kegiatan yang tak berguna. Dan nyaris uang saku ku tak terasa menipis.
“Rio….”!!” Pulang bareng yuk”!!  ajak teman satu kosan denganku sekaligus teman mengajarku di sekolah. sebut saja dia taufik.
“maaf, rio masih pengen disini,”!! jangan ganggu kita dueh.”!! Kata rino dengan suara agag keras. Dan akupun ikut menggangguk iya.
Taufik amat rajin pribadinya,rajin belajar, rajin beribadah. Dia yang selalu menasehatiku, dia juga yang mengajakku untuk mengajar, dan dia juga yang selalu menyuruhku untuk belajar. Aku cukup kagum dengannya. Walaupun aku sering memarahinya, tapi dia tetap ingin berteman dengan ku.heran.
***
Pagi ini kepalaku pusing, rasanya ingin pecah tak karuan. Bukan tak mungkin, uang sakuku habis tak tersisa, IP ku menurun drastis hingga aku dapat peringatan, dan nyaris pekerjaan ku sebagai tenaga pengajar melayang begitu saja.
Dan bukan sampai disitu saja, teman-teman yang ku anggap sudah sebagai keluargaku sendiri pergi entah kemana. Sempurna sekali masalahku kali ini. Sampai aku terkapar lemah tak berdaya diranjangkupun mereka tak juga menjengukku. Tak ada yang lain yang bisa kulakukan. Hanya jeritan dalam hati yang mampu aku teriakkan. Tubuhku menggigil, kurasakan ngilu di ulu hatiku, seperti ditusuk sembilu. Dalam dan semakin dalam. hanya taufik, yang benar-benar tau tentang diriku. “Terima kasih kawan” kata itu yang hanya bisa aku ucapkan dibatinku. Teringat semua nasihatnya kepadaku.
***
(“rio, tau kah kau bahwa:
“Warga Amerika bernama Cruise Mayerson mengatakan dalam bukunya “Manusia Tidak Dapat Berdiri Sendiri”
untuk itu, kita butuh teman, untuk saling nasehat-mensehati dalam kebaikan bukan keburukan. Pemuda muslim itu butuh banyak nasehat agar dia tau bahwa dia sebagai seorang muslim yang hebat.
 “Wahai kaum muslimin, kami (amerika) telah menghasilkan kapal terbang, AC, Kulkas dll, tetapi kalian dengan islam kalian belum mempersembahkan apapun untuk kami”.
rio, kita adalah pemuda muslim yang hebat, jangan sampai kita terlena dengan keadaan dunia.
Dale Carnegie juga mengatakan “Orang amerika membaca lebih daripada duabelas jam dalam duapuluh empat jam”
Moshe Dayan “Bangsa Arab adalah sebuah komunitas bangsa yang tidak membaca”
subhanallah bukan rio, untuk itu belajarlah, keluarkan semangat pemuda kalian untuk beribadah kepadaNya.

Beginilah Seharusnya Generasi Muda kita rio, bukan hanya berfoya-foya, menghabiskan waktu yang tak berguna tetapi, Butuh murobbi untuk membimbing pemuda, Mentarbiyah diri, Memperhatikan Amalan Fardhu, Menghidupkan semangat keteladanan pada nabi, Menanamkan Makna Ukhuwah, Menjauhkan Perbuatan Tercela, Berdakwah , Menguasai IPTEK.”)

***
hmm….ntah lah, sepertinya ku mulai menyadari apa yang selama ini kujalani ternyata salah besar..
kawan.. ingat lah, masa mudamu jangan kau buang untuk perbuatan yang sia-sia. Mari tunjukkan kepada dunia bahwa pemuda muslim tak sebodoh yang mereka fikir.
SEMANGAT,,, ^_^

kamis,13 okt’11
Nuhay 

No comments:

Post a Comment