Karya: Wahid Priyono, Ketua Bidang MCU Birohmah 2012/2013
Mata rantai terorisme di Indonesia masih terus
subur. Saat ini beberapa ahli, aktivis maupun peneliti terkait terorisme sedang
meneliti apa saja yang menyebabkan makin suburnya tindak kejahatan ini. Kita
telah melihat bahwa pada tahun terakhir ada kasus terorisme yang sama dengan
aktor Nurdin M.Top dan para pengikutnya. Kali ini kasus terorisme mulai muncul
kembali dengan aktor Firman yang merupakan tersangka pelaku teroris. Firman
juga diduga sebagai pelaku penembakan Polisi pada bulan Agustus lalu di Solo.
Dilansir dari MetroTV-News, Aktivis Deradikalisasi
Teroris, Bambang mengatakan yang intinya bahwa “Maraknya kasus kejahatan
terorisme ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat krusial, di
antaranya yaitu sasaran ke para generasi muda yang cenderung eksklusif
(tertutup), memiliki bekal agama kurang, pendidikan akhlak yang minim, serta
mudahnya para pemuda yang terdoktrin oleh omongan-omongan kosong dan dapat
merubah pola sikap negatif mereka, akan tetapi tidak semua orang dapat memasuki
zona teroris asalkan mereka mampu membawa dirinya dengan baik.” Senada dengan
yang disampaikan oleh Bambang, seorang peneliti teroris, Taufik mengatakan
bahwa “Terorisme yang terjadi ini merupakan bagian dari proses radikalisasi
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Radikalisasi merupakan proses
keras dan melibatkan seseorang untuk berlaku apatis”. Dia pun menambahkan
bahwa, umumnya para generasi baru teroris berasal dari para pemuda yang
memiliki keinginan untuk mencoba-coba. Selain itu, proses perekrutan generasi
baru teroris memiliki variasi sasaran di antaranya yaitu kepada sekolah-sekolah
umum, pondok pesantren, dan beberapa instansi tertentu.” Namun tidak menutup
kemungkinan doktrin-doktrin yang diberikan oleh senior teroris kepada para
pengikut barunya berupa pemberian materi sosial-politik, misalnya adanya
pendoktrinan bahwa saat ini para penguasa semuanya adalah korup, tindakan dan
kebijakan negara yang tidak adil, dan lain sebagainya sehingga mereka yang
terdoktrin dengan omongan ini, maka mereka akan beranggapan bahwa para penguasa
saat ini semuanya adalah thogut atau kafir, lalu efek yang direspon oleh mereka
yang tersuntik oleh omongan ini akan menimbulkan dampak tersendiri,
salahsatunya yaitu anggapan bahwa para penguasa perlu dihancurkan. Di lain
pihak, proses perekrutan untuk generasi baru teroris juga bersifat sembunyi-sembunyi.
Mereka yang terlibat dalam jaringan teroris umumnya mengikuti suatu pelatihan
terbimbing, kegiatan ekstrakulikuler di luar sekolah (persis seperti latihan
angkatan militer, for examples:
mereka berlatih bagaimana menggunakan senjata peluru/tembak/pistol, bagaimana
cara menentukan suatu bahan kimia bom untuk merakit bom yang memiliki daya
kekuatan tinggi, dan seterusnya).
Menurut Priyono, yang dilansir dari MetroTv-News
menjelaskan: “Pendidikan dan kurikulum yang ada di sekolah, pondok pesantren,
dan instansi lainnya semuanya tidak ada kesalahan, namun tinggal bagaimana
peran senior/pendidik di lembaga itu dalam menyampaikan nilai-nilai kebaikan.”
Ia pun menambahkan, “Karena saya juga kebetulan adalah seorang dosen agama islam
di IAIN, saya rasa untuk para Mahasiswa sangat sulit sekali untuk menjadi
bagian dari generasi baru teroris, dengan alasan bahwa para Mahasiswa tidak
dengan mudah menerima doktrin-doktrin itu, mereka juga akan selektif memfilter/menyaring
informasi sebelum mereka memutuskan suatu keputusan itu. Memang modus terorisme ini sangat kuat
diberikan kepada anak-anak yang masih menginjak bangku sekolah atau tingkat
kedewasaannya rendah.”
Pesan
Penulis:
Kepada seluruh elemen masyarakat yang membaca artikel tulisan saya ini, maka
hendaknya kita semua mewaspadai adanya mata rantai baru terorisme di Tanah Air.
Mari kita bekali diri kita dengan pendidikan agama yang baik, akhlak yang
mulia/mahmudah, tidak mudah terdoktrin oleh omongan-omongan yang sebelumnya
belum kita ketahui. Jika kita belum mengetahui tentang doktrin-doktrin itu,
hendaknya kita menanyakan terlebih dahulu kepada orang yang ahli di bidangnya.
Selanjutnya untuk para orangtua yang memiliki anak-anak yang sedang mengenyam
pendidikan di Sekolah maupun Perguruan Tinggi, mari kita jaga dan awasi
Putra/Putri kita agar tidak terjerumus dalam kegiatan terorisme yang
membahayakan kehidupan bangsa Indonesia. Yang terakhir, jangan pernah kita
berprasangka buruk kepada siapapun, termasuk agama, ras, golongan maupun
organisasi kemahasiswaan/kemasyarakatan yang berujung pada kesalahpahaman. Ingat bahwa semua kejadian itu berasal dari
fakta, bukan rekayasa belaka !!!! Semoga artikel bacaan ini memberikan banyak manfaat.
Terimakasih. (doc.MCU Birohmah 12/13).
sumber yang antum cantumkan berupa metro tv dan konco-konconya itu kurang valid karena mereka situs umum yang kurang paham tentang Islam secara mendalam dan jelas-jelas menolak syari'at Islam dan beritanya pun begitu tendensius
ReplyDeleteuntuk yang membuat artikel: menurut saya, antum diam saja itu lebih baik daripada membuat artikel tentang masalah ini, kurang ilmiah.
ReplyDeleteOk Destur terimakasih atas sarannya. Penulis meminta maaf jika dalam artikel ini ada beberapa kesalahan maupun ketidakilmiahan. Namun inilah yang bisa saya perbuat sebagai manusia yang cinta akan sastra. Tapi menurut saya, kita tidak boleh bersuudzon kepada seseorang maupun instansi lain. Sebuah artikel bacaan merupakan hasil karya cipta seseorang. Dan itu sangatlah berharga baginya. Terimakasih.
DeleteDi Pojok Kanan atas website ini tertulis Menebar Dakwah Merajut Ukhuwah, antum dakwah berdasarkan apa? Metro TV atau Al-qur'an dan hadits Rasul??. Benar apa kata Destur, mending antum diam saja itu lebih baik daripada menebar opini pribadi yang masih gak jelas kebenarannya, apalagi referensi yang antum gunakan. kutipan statemen antum "Namun inilah yang bisa saya perbuat sebagai manusia yang cinta akan sastra" mending website ini dijadikan website Sastra saja kalo begitu jangan dakwah. Dakwah itu karena Cinta akan Allah dan Rasulnya bukan gara2 Sastra jadi ngomong ngawur!
DeleteLEBIH BAIK ARTIKEL INI DIHAPUS SAJA, BELAJARLAH LAGI LEBIH BANYAK TENTANG JIHAD MEDIA
ReplyDelete