” Saat
Menulis, Jangan Lupakan 5W Bersaudara” karya Iskandar Zulkarnaen seorang blogger, writer, reporter, editor,
presenter, dan trainer. Berikut ini kutipan beliau:
Konon,
tersebutlah 5W Bersaudara nan sakti mandraguna. Kelima orang itu harus selalu
disebut dalam setiap tulisan. Karena kalau terlewatkan satu saja, mereka akan
marah. Dampaknya, tulisan terkena sihir sehingga tidak enak dibaca. Mereka
adalah What (Apa), Who (Siapa), Where (Di mana), When (Kapan) dan terakhir, si
bungsu Why (Mengapa).
Sebenarnya,
ada satu lagi yang juga harus disertakan, yaitu si H alias How (Bagaimana). Tapi How jarang luput dari perhatian
karena senantiasa masuk ke dalam penjelasan tulisan.
Saya
sering membaca tulisan-tulisan di Kompasiana yang di paragraf-paragraf awal
sudah langsung ngebut menjelaskan semua yang terkait dengan How.
Bagaimana prosesnya. Bagaimana kejadiannya. Bagaimana akhirnya. Bagaimana
caranya. Dan seterusnya. Tapi sayang, ekspos berlebih terhadap si H tidak
diikuti dengan penyebutan lengkap 5W Bersaudara.
Sehingga
ketika sedang asyik menikmati tulisan sampai beberapa paragraf, muncul
keanehan. Semakin banyak paragraf yang dibaca, perasaan bertambah gelisah
karena ada ’sesuatu yang hilang’.
Pada
titik ini, biasanya pembaca akan mengalami apa yang disebut dengan
sindrom-gak-jelas-nih. Otaknya terusik oleh pertanyaan-pertanyaan sederhana
tapi mendasar.
“Yang
dibawa oleh para pengunjung itu hadiah atau barang belanjaan? Ini lagi
ngomongin politik atau film ya? (so What gitu loh)
“Ini
kejadiannya kapan sih? Tanggal, bulan, tahun, jam, menit dan detiknya ke mana?”
(so When gitu loh)
“Acaranya
di Jakarta atau Manado? Persisnya di mana, di pasar atau di gedung?” (so Where
gitu loh)
“Korbannya
siapa? Penerima penghargaan itu sebenarnya siapa sih? Si Ali ini adiknya atau
kakaknya Yuni? (so Who gitu loh)
“Kenapa
dia sekarang jadi orang miskin? Kenapa Ruslan tidak boleh berpolitik?” (so Why
gitu loh)
Dan
masih banyak contoh pertanyaan mendasar lain yang merupakan perpaduan antara
What (Apa), Who (Siapa), Where (Di mana), When (Kapan) dan Why (Mengapa).
Intinya,
pembaca lama-lama bosan dengan kebingungan yang selalu menyergap, acap kali
membaca tulisan yang tidak mengindahkan kekuatan 5W Bersaudara. Setelah itu,
muncul sikap antipati terhadap penulisnya karena aura tulisan-tulisan miliknya
sudah tertutup oleh sihir yang dilancarkan 5W Bersaudara.
Anda tentu tidak mau terkena sihir mengerikan itu,
bukan?
Nah, agar terhindar dari kutukan 5W Bersaudara,
berikut saya berikan ramuan penangkalnya:
- Biasakan menyebut kelima bersaudara
di dua paragraf pertama. Atau setidaknya, ketika masuk paragraf keempat,
5W Bersaudara sudah terangkai dalam satu kalimat utuh.
- Buat catatan kecil seputar kelima W
tadi. Sebenarnya cukup diingat di kepala. Tapi kalau dibutuhkan, catatan
itu bisa dituangkan dalam bentuk coretan.
- Baca lagi tulisan yang sudah dibuat, baik sebelum maupun sesudah ditayangkan. Lalu, kalau ada waktu, baca kembali tulisan tersebut beberapa lama setelah dia tayang. Bacalah sebagai pembaca, bukan sebagai pembuat tulisan!
- Terakhir, pastikan Anda sudah memahami betul apa yang sudah ditulis dari huruf pertama sampai huruf terakhir. Sebab kalau penulisnya saja tidak mengerti, bagaimana dengan pembaca lainnya?
No comments:
Post a Comment