Bagaimana cerita tentang pemilik Unta?
Ia adalah seorang Arab badui yang menemui Nabi SAW dan berkata,”Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku, karena ia bukan hartamu dan bukan pula harta orangtuamu.” Rasulullah SAW lalu memberikan kepadanya. Arab badui itu meminta lagi karena dia belum merasa puas dengan apa yang diberikan Rasulullah SAW meski telah diberikan lebih dari sekali. Akhirnya Rasulullah SAW berkata padanya,”Sekarang apakah aku telah banyak memberi padamu?” Arab badui itu menjawab,”Tidak, engkau belum memberikan sesuatu yang banyak, engkau belum berbuat baik.”
Salah seorang sahabat berdiri dan hendak membunuh si Arab badui ini karena ketidaksopanannya kepada Rasulullah SAW, namun Rasulullah meminta sahabatnya membiarkan si Arab badui itu dan beliau tetap memberinya sampai dia merasa puas dan memuji Rasulullah SAW.
Selanjutnya, Rasulullah SAW memintanya untuk mengatakan pujian tersebut di hadapan para sahabat, karena dia mengatakannya di hadapan para Sahabat. Rasulullah pun bersabda,
“Perumpamaan antara aku dengan orang ini adalah seperti pemilik unta yang untanya melarikan diri. Orang-orang pun berupaya menangkap unta itu, namun unta itu lari di hadapan mereka. Pemiliknya pun berkata, biarkan saja aku dan dia (unta itu). Ia pun mengambil sisa-sisa tumbuhan di tanah hingga akhirnya unta itu berhenti di hadapannya.” (HR. Al Bazzar dan Ibnu Hibban)
Cerita di atas adalah contoh kesabaran yang telah mencapai batas maksimal dalam mendidik dan mengarahkan individu. Yang diperlukan dalam mendidik yaitu mengobarkan kerja keras disertai kesabaran.
(dikutip dari buku “Maka, Ajarilah Kami…Cinta” Karya Izzat Iwadh Khalifah (2010: 113-114)
Ia adalah seorang Arab badui yang menemui Nabi SAW dan berkata,”Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku, karena ia bukan hartamu dan bukan pula harta orangtuamu.” Rasulullah SAW lalu memberikan kepadanya. Arab badui itu meminta lagi karena dia belum merasa puas dengan apa yang diberikan Rasulullah SAW meski telah diberikan lebih dari sekali. Akhirnya Rasulullah SAW berkata padanya,”Sekarang apakah aku telah banyak memberi padamu?” Arab badui itu menjawab,”Tidak, engkau belum memberikan sesuatu yang banyak, engkau belum berbuat baik.”
Salah seorang sahabat berdiri dan hendak membunuh si Arab badui ini karena ketidaksopanannya kepada Rasulullah SAW, namun Rasulullah meminta sahabatnya membiarkan si Arab badui itu dan beliau tetap memberinya sampai dia merasa puas dan memuji Rasulullah SAW.
Selanjutnya, Rasulullah SAW memintanya untuk mengatakan pujian tersebut di hadapan para sahabat, karena dia mengatakannya di hadapan para Sahabat. Rasulullah pun bersabda,
“Perumpamaan antara aku dengan orang ini adalah seperti pemilik unta yang untanya melarikan diri. Orang-orang pun berupaya menangkap unta itu, namun unta itu lari di hadapan mereka. Pemiliknya pun berkata, biarkan saja aku dan dia (unta itu). Ia pun mengambil sisa-sisa tumbuhan di tanah hingga akhirnya unta itu berhenti di hadapannya.” (HR. Al Bazzar dan Ibnu Hibban)
Cerita di atas adalah contoh kesabaran yang telah mencapai batas maksimal dalam mendidik dan mengarahkan individu. Yang diperlukan dalam mendidik yaitu mengobarkan kerja keras disertai kesabaran.
(dikutip dari buku “Maka, Ajarilah Kami…Cinta” Karya Izzat Iwadh Khalifah (2010: 113-114)
No comments:
Post a Comment