Friday, November 2, 2012

Ketika Perang Jalan Terakhir Part 1



Oleh : Rian. D Putra (KABID KII Birohmah 12/13)
 “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. “ (Q.S Shaff , 10-11)
 Negeri Sai Bumi Ruwa Jurai baru saja berduka, korban pertempuran antar warga berjatuhan ; bukan Bali bukan Lampung, bukan Jawa bukan Sunda, bukan Papua bukan Aceh tapi mereka adalah Indonesia. Sungguh peristiwa yang tidak dinginkan oleh setiap orang yang mengerti makna kehidupan. Hubugan sosial yang selayaknya menjadi  perhatian khusus terutama dalam masalah kerukunan, keamanan dan kesejahteraan hingga pada keseimbangan yang sesuai dengan harapan bangsa dan negera Bhineka Tunggal Ika. Kesedihan yang kembali berurai aimata menyelimuti suara-suara tangisan anak bangsa, menjerit ketakutan karena ternyata Indonesia belum merdeka.
Ketika perang adalah jalan terakhir maka harta dan nyawa adalah taruhannya. Tidak mempedulikan sebangsa atau setanah air kalau perang jalan terakhir sangat berat untuk diakhiri karena korban sudah berjatuhan karena perang sudah dimulai. Perihatin dan sedih itulah yang dapat dirasakan oleh warga Negara yang menyaksikan. Mempertanyakan apa sebab dan sebab pertempuran terjadi, mempertanyakan tidakkah mufakat adalah keputusan yang selayaknya menjadi perhatian dan jalan kebersamaan untuk menemui kerukunan antar warga.
Nyawa bukanlah harta yang dapat diperjualbelikan, sehingga istilah kau jual aku beli perlu untuk tidak dijadikan tren dalam masalah-masalah hubungan sosial demi terciptanya keamanan dan kerukunan. Pendidikan adalah sarana penting untuk membuka wawasan kemajuan dan kebersamaan antar warga Negara. Namun yang pada kenyataanya pertempuran yang sering terjadi adalah di lingkungan pendidikan. Masyarakat yang menantikan dan menuntun kerukunan malah dibayangi oleh kengerian yang terjadi dalam dunia pendidikan. Berbagai macam hal dapat terlihat dalam dunia pendidikan Indonesia maka perjuangan kemerdekaan sekarang adalah memerdekakan sistem pendidikan.
Pendidikan agama menjadi dasar pokok semua aspek kehidupan, karena memberikan pengetahuan yang sangat mendalam tentang makna kehidupan. Dunia bukanlah tempat terakhir sebagai ujung dari perjuangan, tapi ada surga dan neraka yang sudah menanti kedatangan setiap manusia yang layak menempati kedua tempat tersebut. Percuma dan akan sia-sia saja jika neraka adalah tempat yang kekal untuk ditempati. Berbagai hal di dunia yang menjadi keindahan tidak akan pernah terasa jika neraka adalah ujungnya.
Pertempuran yang terjadi di negeri saat sekarang ini sungguh memprihatikan. Tawuran antar pelajar yang berakhir pada korban, pertempuran antar suku yang berakhir pada penghancuran harta benda dan sampai pada penghilangan nyawa semakin tumbuh kembang mengikuti alur kehidupan. Sehingga cukup membuat kepedihan bagi setiap warga yang menyaksikan. Korban-korban yang berjatuhan akankah masuk ke dalam neraka atau surga? dan orang-orang yang bertempur akankah menjadi penerima dosa atau penerima pahala? Jawabannya adalah Allah yang Maha Kuasa akan balasan atas semua yang manusia lakukan.
Hikmah dari semua yang dapat tersaksikan adalah memberikan kemerdekaan bagi setiap insan agar lebih memperhatikan makna kehidupan yang seharusnya menjadi perhatian penting. Hidup yang hanya sekali waktu dan tidak akan berulang perlu untuk ditumbuhkan rasa kasih sayang, rasa cinta dan kebersamaan, rasa persaudaran dan rasa kenyamanan dalam berbagai hubungan demi hadirnya keterwujudan keamanan, kerukanan dan kesejahteraan bangsa karena semua itu adalah tanggung jawab kita bersama sebagai makhluk yang beriman dan berakal.

No comments:

Post a Comment