Oleh: Wahid Biyobe
Baiklah rekan-rekan pecinta blog Birohmah Unila,
malam ini saya akan memposting tulisan. Tentang apa ya?
Ya sesuai dengan judul yang terpampang di atas tuh :D
Seketika pernah saya mendengar rekan saya berkata terhadap rekannya seperti ini:
A: "Cius, Miiiii Apa???"
B: "Mieee apa aja boyeh, acal kagak pake elol (telor maksudnya)"
Hihihihihi....Bahasa "Alay"---Sudah tidak asing lagi kita mendengarnya.
Justru bahasa ini sudah melekat pada kepribadian bangsa Indonesia.
Memang prihatin mendengarnya. Akan tetapi lapisan masyarakat saat ini
memandangnya sebagai bahasa yang "GAUL'', "ENERGIK". Tapi di balik itu
semua ada sisi kelemahannya.
Bahasa "Alay" sudah banyak disandang dan digunakan
terutama oleh para remaja. Entah saya juga tidak tahu, dari mana
asal-muasal pastinya bahasa alay ini. Tapi Menurut sumber yang saya
baca pada tabloit Teknokra Universitas Lampung (2012:11) bahasa alay
muncul pertama kalinya sejak mulai adanya SMS atau pesan singkat dari
layanan operator yang mengenakan tarif perkarakter ataupun per SMS yang
berfungsi untuk menghemat biaya. Sementara itu, menurut Wisnu Sasongko
pakar bahasa dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI menuturkan
bahasa alay sudah ditemukan sejak tahun 1835 pada naskah yang
bertuliskan huruf Jawa kuno yang berjudul Angling Dharma.
Meskipun bahasa alay ini terkesan "GAUL" bagi sebagian para muda, tapi
ada sisi kelemahan tersendiri seperti dapat melunturkan semangat
kebangsaan, merubah nilai-nilai yang terkandung di dalam Bahasa
Indonesia asli, mempersempit cinta Nasionalisme terhadap bangsa, sebab
bahasa "ALAY" itu bukanlah bahasa persatuan, akan tetapi bahasanya
orang yang keliru.
Mari kita tetap bersemangat untuk menggunakan bahasa Indonesia
sebagaimana mestinya (sesuai kaidah yang ditetapkan, jangan
berlebihan)dalam berkomunikasi dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun
berada. Ayo katakan dengan tegas "SAY NO TO Bahasa A-L-A-Y".
No comments:
Post a Comment