----Menghitung hari demi hari usia kita makin berkurang, waktu berputar semakin cepat terasa, rambut kita barangkali tidak sehitam yang dulu, warna kulit kitapun mulai berubah tak secerah saat itu. Belum lagi, amalan-amalan kita barangkali tidak bertambah, justru setiap harinya malah semakin berkurang dan akhirnya keberkahan pun tak kunjung datang untuk menopang kehidupan kita agar lebih bermakna.
Memotret cerita Nabi Ibrahim a.s, sebuah pengorbanan yang dilandasi dengan
rasa tulus dan taat demi perintah Tuhan-Nya. Tidak semua orang pada saat ini
mampu untuk merelakan sesuatu ketika itu menurutnya sangatlah berharga, atau
sulit untuk dilupakan, dan masih banyak lagi keinginan manusia yang tidak ingin
dikorbankan dengan dalil bahwa semuanya harus ada konsekuensi tertentu
(sebab-akibat).
Baiklah, barangkali rekan-rekan semua telah memahami dan pernah membaca
bahkan mendengar cerita tentang ketabahan Nabi Ibrahim a.s terhadap putranya
Nabi Ismail yang konon telah dijadikan kurban atas izin Allah. Ya, benar itulah
adanya.
Detik waktu terus berjalan. Tak terasa, sebentar lagi kita selaku umat
islam akan mengadakan suatu hari dimana pada hari itu ada beberapa orang yang
berbondong-bondong untuk menyumbangkan hasil ternaknya (sapi, kambing,
kerbau,dll) untuk dijadikan sebuah hewan kurban di masjid-masjid. Insya Allah,
Hari Raya Idul Adha tahun ini (10 Dzulhijjah 1433 H) bersamaan dengan tanggal 26
Oktober 2012 M, hari Jum’at. Kita semua berharap, semoga ada keistimewaan
tersendiri dari Hari Raya Idul Adha tahun ini, yakni mampu menjadikan diri kita
menjadi insan Allah yang semakin gemar beribadah, taat dan patuh, serta
senantiasa selalu memperbaiki diri termasuk terus memperbaiki iman dan takwa
kepada Allah SWT.
Pengorbanan
sekaligus Kisah nabi ibrahim as telah memberikan pelajaran berharga untuk kita
semua. Adapun beberapa pelajaran berharga yang dapat kita petik diantaranya:
Pertama, Jika Hari
Raya Idul Fitri merupakan suatu manifestasi dari rasa gembira setelah sebulan
penuh menjalani latihan pengendalian diri dan perang melawan hawa nafsu. Sedangkan Hari Raya Idul Adha adalah wujud
dari keimanan dan ketakwaan serta kepatuhan terhadap Sang Khaliq, Allah SWT.
Kedua, Memperlihatkan
ketaatan seorang hamba yang sempurna kepada Allah Yang Maha Agung. Makna hakiki
dari ibadah kurban yang diwajibkan kepada seorang muslim yang memiliki
kemampuan adalah ‘kerelaan berkurban’ sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim
As, Nabi Ismail As dan Siti Hajar.
Mereka rela berkurban demi kepatuhan dan ketaatannya kepada perintah Allah
SWT.
Saat itu, sedikit kita menoleh ke belakang, Nabi Ibrahim As diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail As, tiba-tiba datanglah iblis yang meminta Ibrahim agar mengurungkan niatnya. Ibrahim mengetahui bahwa upaya yang dilakukan iblis itu bertujuan agar dirinya tergoda dan tidak menaati perintah Allah SWT. Karena itu, Ibrahim lantas mengambil tujuh buah batu dan melemparkannya kepada iblis. Inilah yang dinamakan Jumrah Ula (pertama). Tidak berhasil menggoda Ibrahim, iblis dalam wujud aslinya lantas membujuk Siti Hajar agar segera melarang Ibrahim yang bermaksud menyembelih putranya tersayang, Nabi Ismail. Namun Siti Hajar juga menolak dan melemparinya dengan batu ke arah iblis. Lokasi ini sekarang merupakan tempat melontar Jumrah Wustha (pertengahan). Iblis beralih menggoda Nabi Ismail As yang dianggap masih rapuh keimanannya. Namun sebaliknya, justru dari awal Ismail memiliki pendirian yang teguh dan meyakini bahwa perintah (penyembelihan dirinya) itu langsung dari Allah SWT. Maka, Ismail pun mengambil batu dan melemparkannya pada iblis. Inilah yang dimaksud dengan Jumrah Aqabah (Islam Digest, Ahad, 25 Oktober 2009). Syariat berkurban yang diturunkan Nabi Ibrahim As kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya memiliki makna dan hikmah yang besar bagi umat Islam.
Saat itu, sedikit kita menoleh ke belakang, Nabi Ibrahim As diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail As, tiba-tiba datanglah iblis yang meminta Ibrahim agar mengurungkan niatnya. Ibrahim mengetahui bahwa upaya yang dilakukan iblis itu bertujuan agar dirinya tergoda dan tidak menaati perintah Allah SWT. Karena itu, Ibrahim lantas mengambil tujuh buah batu dan melemparkannya kepada iblis. Inilah yang dinamakan Jumrah Ula (pertama). Tidak berhasil menggoda Ibrahim, iblis dalam wujud aslinya lantas membujuk Siti Hajar agar segera melarang Ibrahim yang bermaksud menyembelih putranya tersayang, Nabi Ismail. Namun Siti Hajar juga menolak dan melemparinya dengan batu ke arah iblis. Lokasi ini sekarang merupakan tempat melontar Jumrah Wustha (pertengahan). Iblis beralih menggoda Nabi Ismail As yang dianggap masih rapuh keimanannya. Namun sebaliknya, justru dari awal Ismail memiliki pendirian yang teguh dan meyakini bahwa perintah (penyembelihan dirinya) itu langsung dari Allah SWT. Maka, Ismail pun mengambil batu dan melemparkannya pada iblis. Inilah yang dimaksud dengan Jumrah Aqabah (Islam Digest, Ahad, 25 Oktober 2009). Syariat berkurban yang diturunkan Nabi Ibrahim As kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya memiliki makna dan hikmah yang besar bagi umat Islam.
Ketiga, Menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT, berupa nikmat tebusan. Di mana Allah SWT sudah menjadikan orang yang menyembelih binatang ternak termasuk orang yang bersedekah dari nikmat-Nya, bukan termasuk orang-orang fakir yang berhak menerima sodaqah. Dan tidak diragukan lagi ini merupakan nikmat yang besar. Seperti yang ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang begitu banyak. Maka
laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan sembelihlah kurban. Sesungguhnya orang
yang membencimulah yang terputus.” (QS Al-Kautsar : 1-3).
Dalam surat Al-Kautsar di atas telah mengingatkan kita semua bahwa sudah
begitu banyak nikmat yang kita terima dari-Nya mulai dari nikmat hidup yang
sehat, rezeki dan kelapangan hidup di bumi Allah ini serta nikmat-nikmat
lainnya. Seyogianya menyembelih binatang ternak (qurban) atas orang yang mampu
secara material dan orang-orang yang menjalankan ibadah haji dalam rangka
mensyukuri nikmat Allah SWT.
(Hikmah Ibadah Haji, Depag, 2007).
Keempat, Ibadah kurban juga akan menimbulkan kesadaran dalam pengorbanan materi, kesadaran akan pentingnya kesetiakawanan sosial sebagai upaya menumbuhkan integritas sosial masyarakat. Hikmah-hikmah tersebut tentu cukup relevan dan membantu saudara-saudara kita yang sekarang sedang mengalami kesulitan hidup. Dan perintah berkurban sebagai makna agar kita juga selalu memelihara hubungan baik dengan sesama manusia, terutama untuk saling bantu dan saling tolong-menolong. Kita sembelih hewan kurban, kemudian kita bagikan dagingnya kepada mereka yang kurang mampu sebagai wujud kesetiakawanan terhadap sesama. Allah SWT tidak minta apa-apa dari kita kecuali kita disuruh mensyukurinya dengan mendirikan salat sebagai ibadah utama dan menyembelih kurban. Perintah salat sebagai hakikat dalam mensyukuri nikmat Allah. Kita diwajibkan untuk selalu memelihara hubungan baik dengan Sang Khalik yang telah mengucurkan nikmat yang begitu banyak kepada kita.
Kelima, Makna yang tersirat dalam berkurban itu ialah
berkurban (berinfak fi sabilillah) yaitu berinfak di jalan Allah SWT, seperti
menolong fakir miskin, anak yatim, membantu orang yang sedang ditimpa musibah
dan lain sebagainya. Rasulullah SAW dalam sebuah hadistnya juga menegaskan:
“Barangsiapa yang mampu untuk berkurban tapi ia tidak berkurban, maka jangan
dekati tempat salat kami.” Sebagian ulama menyatakan hukum menyembelih kurban
bagi yang sudah berkemampuan adalah sunnat muakkad atau sunnat yang sangat
dianjurkan. Dengan bahasa lain, bagi mereka yang telah memiliki kemampuan untuk
berkurban disunnahkan menyembelih paling tidak seekor kibas atau kambing. Atau
boleh juga dengan sepertujuh sapi, yakni menyembelih seekor sapi untuk 7 orang
peserta kurban. Wallahuallam.
PAHALA
BERKURBAN:
Mungkin banyak yang bertanya apa pahala dari berkurban? apa manfaat
berkurban. Saat ini kita hampir memasuki idul adha (hari raya kurban), sangat
tepat dan pas membahas pahala berkurban.
Mengenai besarnya pahala berqurban, sahabat Ali r.a mengatakan :
"Barangsiapa berangkat dari rumah hendak membeli hewan qurban, maka
setiap langkahnya memperoleh 10 kebaikan dan dihilangkannya 10 keburukan, serta
dinaikan 10 derajat..."(Jawahir Zadah). Senada dengan yang disampaikan
oleh Ali r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda kepada Aisyah :”Wahai Aisyah, majukanlah
hewan kurbanmu dan saksikanlah, sebab sejak tetes pertama darah hewan kurban
itu jatuh ke bumi, Allah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu. Jawab Aisyah
:"Apakah hal itu khusus bagi kami ataukah bagi umumnya orang mukmin,ya
rosul? beliau menjawab : ”Ya berlaku bagi kami dan umumnya kaum mukmin".
Wahab bin Munabbih berkata: Nabi
daud A.s, berkata: "Ya Allah, sebesar apakah pahala orang yang berkurban
dari umat Nabi Muhammad SAW?
JawabNya : "Aku memberi
pahala kepadanya, setiap bulu dari badan hewan kurbannya 10 kebaikan, aku hapus
10 keburukan, serta kunaikan 10 derajat, baginya setiap rambut menjadi gedung
di surga, seorang bidadari yang ayu dan kendaraan bersayap berkecepatan tinggi,
ia kendaraan ahli surga..."(zahratul riyadl)
Nabi Muhammad SAW juga bersabda
yang artinya: “Barangsiapa shalat seperti yang kulakukan, dan beribadah haji
seperti yang kulakukan, berarti ia termasuk golonganku dan siapa tidak shalat
sebagaimana yang aku lakukan, dan enggan berqurban, berarti ia bukan jama'ahku,
jika ia termasuk orang kaya”. Diriwayat lain beliau juga bersabda : “Ingatlah
bahwa kurban itu termasuk amal-amal penyelamat yang menyelamatkan pemiliknya
dari kejelekan dunia dan bahaya di akhirat."(Zubdatul wa'idhin).
Mengingat begitu besarnya pahala
berkurban, hendaknya kita segera berkurban jika sudah punya kelebihan rizki. Selain
sebagai kendaraan kita di hari akhirat nanti, berkurban juga sebagai bentuk
kepedulian sosial terhadap orang-orang yang tak mampu, terutama bagi mereka
yang tak mampu membeli daging.
*Referensi tambahan: Amirzona Blog dan Tribunnews Palembang
No comments:
Post a Comment