(karya : Riana Dwi Putra, Kabid KII
Birohmah Unila 2012-2013)
kemaksiatan dalam hal yang terlihat adalah bentuk ujian, benarkah adanya sebuah kesyukuran atau hanya akan menjadi keterlenaan dalam memandang, Firaun yang memandang semua manusia rendah, seolah dialah Tuhan yang mampu meninggikan langit, menggerakan matahari, menciptakan manusia, dan menundukan awan, itulah ketercukupan nafsu yang melebihi mata dalam memandang, kekufuran yang tejadi adalah karena sifat kepekaan mata yang terlalu belebihan hingga menampilkan sisi ketidakpuasan dalam memandang dan memenuhi hawa nafsu.
maka, hal yang pertama kali diingatkan oleh Allah adalah jangan dekati zina, dan Rasulallah Sholallahu alaihi wassalam, menghakimi setiap pengikutnya untuk menjaga mata, sedikit mata salah memandang maka neraka adalah akhirnya. Itulah keterwujudan dalam masalah mata. Datangnya mata bersamaan dengan datangnya nafsu, maka senjata yang paling setan suaki adalah mempermainkan mata manusia. Maka Allah memperingatkan dengan sejalasnya.
“Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat”.(An-nuur: 30)
Ketercukupan waktu, untuk tetap menikmati
sejuknya udara pagi, semilirnya aroma kegelapan malam, dan silaunya cahaya
matahari, bintang serta rembulan menambah suasana kehidupan dunia yang tentunya
tiada kekal abadi, mengikuti perputaran siang dan malam tiada berselisih dan
saling mendahului, beredar menurut ketentuan yang sudah diatur dengan Maha
Dahsyat. kebijakan hati untuk memilah antara yang gelap atau yang terang,
antara yang jelas atau yang samar, semuanya memberikan dampak dan akan berakhir
pada pilihan-pilihan yang sudah tentunya sangat berpengaruh pada nilai
kebahagiaan yang diharapkan.
No comments:
Post a Comment