Thursday, October 4, 2012

Kajian Islami: Iman Bagaikan Akar Tunggang

Peristiwa yang akan selalu memberikan kontraksi cukup besar bagi kehidupan kita adalah sebuah proses panjang. Rotasi kehidupan memberikan ruang gerak bebas dalam menuntun sebuah imajinasi untuk menjadi baik dalam mereduksi sesuatu yang menjadi keinginan nurani atuapun kehendak nafsu. Kesempatan yang menghendaki bahwa adanya atur balik persitiwa, seolah kejadian yang sudah pernah terjadi berulang kembali namun pada tempat dan waktu yang berbeda. Kehendak Allah atas manusia, memberikan kesempatan kemudian mencoba manusia supaya mengingat kembali dan terus berfikir. Susunan materi cobaan adalah ulangan dari waktu yang lalu, jika kesanggupan belum mencapai sebuah taraf yang ditentukan maka ukuran dan volume cobaan akan diperkecil hingga sesuai dengan kemampuan dalam menghadapi cobaan.
Iman laksana tumbuhan biji berakar tunggang, perumpamaan yang telah Allah sampaikan kepada setiap manusia, adalah biji yang mampu menumbuhkan batang besar, daun lebat, cabang ranting kuat, hingga buah yang banyak dan nikmat merupakan hikmah dengan semua yang telah ditampakan adakah manusia mampu mencerna dengan baik setiap perumpamaan-perumpamaan yang terwahyukan. Keterangan yang menampilkan konklusi bahwa adanya relasi setiap keterwujudan makna kehidupan, bukanlah sebuah halusinasi yang memerankan dan memainkan alam bawah sadar bahwa adanya keterwujudan alam akhirat.
Kebenaran yang menjadi dasar sebuah argument, namun tidak semua kebenaran dapat diterima oleh akal dan logika jika kebenaran itu datangnya dari manusia, karena kebenaran yang menjadikan dasar kebenaran hanyalah wahyu Ilahi yang telah menciptakan kebenaran. Kemudian bentukan bias yang selalu hadir menyelisihi perbedaan dari makna kebenaran sudah menjadi ketentuan Allah atas semua ciptaan. Lalu muncul sebuah pertanyaan ringan, diantara siapakah kebenaran itu berada? Orang beragama namun beda agama, atau orang tak beragama namun memiliki kebenaran. Hakikat kebanaran tidak bisa diartikan hanya secara etimologi ataupun linguistik umum terkhusus semantik , karena aspek dan pokok penting yang menunjukan tentang kebenaran itu adalah iman (kepercayaan/belived).
Pembahasan yang ingin saya terangkan adalah Iman seorang muslim harus terang benderang, mampu memantulkan sisi kebenaran yang seharusnya tegak lurus searah cermin iman yang ditampakan, bukan bayangan semu ataupun maya, karena bisa menjadi cembung ataupun cekungnya makna kebenaran. (doc.Wahid Biyobe On October 2012).

No comments:

Post a Comment