Peristiwa yang akan selalu
memberikan kontraksi cukup besar bagi kehidupan kita adalah sebuah proses panjang.
Rotasi kehidupan memberikan ruang gerak bebas dalam menuntun sebuah imajinasi
untuk menjadi baik dalam mereduksi sesuatu yang menjadi keinginan nurani
atuapun kehendak nafsu. Kesempatan yang menghendaki bahwa adanya atur balik
persitiwa, seolah kejadian yang sudah pernah terjadi berulang kembali namun
pada tempat dan waktu yang berbeda. Kehendak Allah atas manusia, memberikan
kesempatan kemudian mencoba manusia supaya mengingat kembali dan terus
berfikir. Susunan materi cobaan adalah ulangan dari waktu yang lalu, jika
kesanggupan belum mencapai sebuah taraf yang ditentukan maka ukuran dan volume
cobaan akan diperkecil hingga sesuai dengan kemampuan dalam menghadapi cobaan.
Iman laksana tumbuhan biji
berakar tunggang, perumpamaan yang telah Allah sampaikan kepada setiap manusia,
adalah biji yang mampu menumbuhkan batang besar, daun lebat, cabang ranting
kuat, hingga buah yang banyak dan nikmat merupakan hikmah dengan semua yang
telah ditampakan adakah manusia mampu mencerna dengan baik setiap perumpamaan-perumpamaan
yang terwahyukan. Keterangan yang menampilkan konklusi bahwa adanya relasi
setiap keterwujudan makna kehidupan, bukanlah sebuah halusinasi yang memerankan
dan memainkan alam bawah sadar bahwa adanya keterwujudan alam akhirat.
Kebenaran yang menjadi dasar
sebuah argument, namun tidak semua kebenaran dapat diterima oleh akal dan
logika jika kebenaran itu datangnya dari manusia, karena kebenaran yang
menjadikan dasar kebenaran hanyalah wahyu Ilahi yang telah menciptakan
kebenaran. Kemudian bentukan bias yang selalu hadir menyelisihi perbedaan dari
makna kebenaran sudah menjadi ketentuan Allah atas semua ciptaan. Lalu muncul
sebuah pertanyaan ringan, diantara siapakah kebenaran itu berada? Orang beragama namun beda agama, atau orang tak beragama namun
memiliki kebenaran. Hakikat kebanaran tidak bisa diartikan hanya secara
etimologi ataupun linguistik umum terkhusus semantik , karena aspek dan pokok
penting yang menunjukan tentang kebenaran itu adalah iman
(kepercayaan/belived).
Pembahasan yang ingin saya
terangkan adalah Iman seorang muslim harus terang benderang, mampu memantulkan
sisi kebenaran yang seharusnya tegak lurus searah cermin iman yang ditampakan,
bukan bayangan semu ataupun maya, karena bisa menjadi cembung ataupun cekungnya
makna kebenaran. (doc.Wahid Biyobe On October 2012).
No comments:
Post a Comment