Thursday, August 23, 2012

Nasehat Islam: Guru Yang Mulia

Karya: Riana Dwi Putra (Ketua Bidang Ilmiah Islam Birohmah Unila 2012/2013)


Ungkapan mulia dari sanubari untuk guru,
Guru adalah  Tokoh  perubah zaman,  karena dari seorang guru yang mengerti tentang keutaman memuliakan ilmu, adalah yang mampu menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk yang lainnya, dan akan sebaliknya jika sesorang guru yang ternyata hanya berlandaskan keutamaan raga, maka tentulah tiada beda dengan kehidupan makhluk yang dikata tiada mengerti tentang keutaman hidup. Ditangan gurulah kehidupan akan lebih bermakna, mulia dan bahagia, tentunya guru yang memiliki tujuan luas, memahamkan kepada para penuntut ilmu tentang adanya hidup yang kekal abadi, sehingga tiada lagi membuat keterbodohan yang mendalam bagi kaum yang sedang menempuh pendidikan.

Senyum pengertian,
Kehadiran sesosok yang dinanti saat semua mengerti bahwa ilmu adalah sarana kehidupan, maka tiada patut untuk dicurigai dengan keterhadiran yang memang tidak pernah terduga, sesuatu yang bermula dari kisah ketercewaan hati yang mungkin masih bertaut dengan cinta, adakalanya memang ketercemburuan antar sesama, dan keberpihakan dari yang  jauh dimata, senyum pengertian  dari guru sebagai tauladan dengan penuh makna, bukan dengan maksud memasalahkan apa yang tidak disenangi hati, namun untuk menjadi ketermuliaan jiwa muda para siswa.
Dalam cara pandang yang berbeda, melihat suatu permasalahan berkaitan dengan pembelajaran siswa, tiada semua mampu menemukan cara terkecuali dengan pengertian yang penuh dengan senyuman. maka kemuliaan yang patut untuk ditemui dan dihadirkan dalam berhadap-hadapan, menyiasati sesuatu yang tidak patut untuk ditampakan, dengan segala upaya menjaga kehangatan dalam dunia pendidikan. Senyum pengertian dari sesosok yang termuliakan adalah sangat berarti bagi jiwa-jiwa yang penuh dengan ketiadamengertiaan bagaimana menjalani kehidupan, menemui kehidupan, mempertahankan kehidupan, dan  membahagiakan makna dari hidup. Adalah keterpaksaan yang terus dan menuntut untuk bisa menjadi kenikmatan yang terasa.

Ketermuliaan Jiwa,
Nuansa pendidikan dalam negeri memang sudah sangat mengerikan, salah satunya adalah mencotek dikalangan pelajar saat melakukan ujian. Sudah menjadi hal yang tak terbantahkan lagi bagi sesosok guru yang ingin menemui ketermuliaan lembaga, tentunya jalan yang paling mudah adalah dengan meningkatkan hasil tanpa melihat dampak serius bagi jiwa pelajar. Lain halnya dengan seorang guru yang ingin memuliakan diri dihadapan Allah yang Maha Kuasa, menjaga agar keternilaian adalah kemurniaan dalam ketercapaian yang sebenarnya tanpa harus  bergeming meminta dan bahkan memaksa untuk meningkatkan nilai yang terahasiakan.
Ketermuliaan Jiwa, yang sepatutnya dipertahankan oleh sesosok guru, karenanya penerus bangsa akan mengerti mana yang hak dan yang batil, tanpa ada keterpaksaan dalam menjalaninya. Tentu semuanya ingin mulia dengan prestasi yang terjaga, tersusun dan teratur, namun akan lebih mulia jika dalam ketermuliaan ini adalah yang telah menjadi hak dan keridhaan Allah, bukan atas bantuan dan pandangan lembaga nasional maupun lokal, karena lembaga adalah yang berada manusia tentu kadang adanya kesalahan yang tersengaja dan terabaikan.

Kebahagiaan dalam Cita dan Cinta,
Kebahagiaan yang berada karena adanya bentuk yang tampak dengan tumbuhnya kesehatan jiwa dan raga, keamanan jiwa dan raga, dan terpenuhinya kebutuhan jiwa dan raga, adalah rasa yang menjadi tuntutan setiap insan bernyawa.
Salam rasa dari sanubari, untuk yang termuliaakan karena cita- cita tinggi dengan usaha yang tentu penuh pengorbanan yang terasa ringan bahkan berat.
Ketercintaan dalam membagi kebahagiaan, untuk mampu dirasakan oleh sesama adalah yang  patut dijaga, karena ungkapan mulia dari Nabi Muhammad saw.  “Tidaklah seseorang akan beriman sebelum mencintai saudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya”, adalah kewajiban yang selayaknya dilakukan oleh seorang muslim yang telah dan akan menjadi guru.
Tauladan Guru yang Mulia adalah Nabi Muhammad SAW, maka kecintaan yang patut untuk menjadi Idola setiap Muslim pembelajar selayaknya mencotoh Nabi yang telah mengajarkan Hikmah dan menampakan kehidupan bagaimanab menjadi guru yang mulia agar surga menjadi tempat abadi, dan mahkota ilmu adalah hadiah dan keridhaan Allah pada sesosok guru yang menjaga ilmu dan mengajarakn ilmunya. Ingatan yang patut untuk dijaga adalah ilmu adalah amal jariah yang tiada akan terputus dan berdapakn terus menerus bagi sesosk guru, jika ilmu yang diajarkan bermanafaat maka bermanfaat pulalah terhadapanya, namun jika ilmu yang diajarkan tidak bermanfaat maka tidak bermanfaatlah bagi dirinya. Tentunya kita tetap menajaga diri supaya ketermuliaan jiwa dan raga terhindar dari siksa neraka adalah tujuan yang jelas, dan menetap serta berdiam diri di Surga adalah keputusan yang tidak akan terbantahkan oleh setiap jiwa.(Dokumentasi Oleh MCU Birohmah 12/13).


No comments:

Post a Comment