Karya: Riana Dwi Putra (Ketua Bidang Ilmiah Islam Birohmah Unila 2012/2013)
Ungkapan
mulia dari sanubari untuk guru,
Guru
adalah Tokoh perubah zaman, karena dari seorang guru yang mengerti
tentang keutaman memuliakan ilmu, adalah yang mampu menjadikan manusia lebih
mulia dari mahluk yang lainnya, dan akan sebaliknya jika sesorang guru yang
ternyata hanya berlandaskan keutamaan raga, maka tentulah tiada beda dengan
kehidupan makhluk yang dikata tiada mengerti tentang keutaman hidup. Ditangan
gurulah kehidupan akan lebih bermakna, mulia dan bahagia, tentunya guru yang
memiliki tujuan luas, memahamkan kepada para penuntut ilmu tentang adanya hidup
yang kekal abadi, sehingga tiada lagi membuat keterbodohan yang mendalam bagi
kaum yang sedang menempuh pendidikan.
Senyum
pengertian,
Kehadiran
sesosok yang dinanti saat semua mengerti bahwa ilmu adalah sarana kehidupan,
maka tiada patut untuk dicurigai dengan keterhadiran yang memang tidak pernah
terduga, sesuatu yang bermula dari kisah ketercewaan hati yang mungkin masih
bertaut dengan cinta, adakalanya memang ketercemburuan antar sesama, dan
keberpihakan dari yang jauh dimata,
senyum pengertian dari guru sebagai
tauladan dengan penuh makna, bukan dengan maksud memasalahkan apa yang tidak
disenangi hati, namun untuk menjadi ketermuliaan jiwa muda para siswa.
Dalam
cara pandang yang berbeda, melihat suatu permasalahan berkaitan dengan
pembelajaran siswa, tiada semua mampu menemukan cara terkecuali dengan
pengertian yang penuh dengan senyuman. maka kemuliaan yang patut untuk ditemui
dan dihadirkan dalam berhadap-hadapan, menyiasati sesuatu yang tidak patut
untuk ditampakan, dengan segala upaya menjaga kehangatan dalam dunia
pendidikan. Senyum pengertian dari sesosok yang termuliakan adalah sangat
berarti bagi jiwa-jiwa yang penuh dengan ketiadamengertiaan bagaimana menjalani
kehidupan, menemui kehidupan, mempertahankan kehidupan, dan membahagiakan makna dari hidup. Adalah
keterpaksaan yang terus dan menuntut untuk bisa menjadi kenikmatan yang terasa.
Ketermuliaan
Jiwa,
Nuansa
pendidikan dalam negeri memang sudah sangat mengerikan, salah satunya adalah
mencotek dikalangan pelajar saat melakukan ujian. Sudah menjadi hal yang tak
terbantahkan lagi bagi sesosok guru yang ingin menemui ketermuliaan lembaga,
tentunya jalan yang paling mudah adalah dengan meningkatkan hasil tanpa melihat
dampak serius bagi jiwa pelajar. Lain halnya dengan seorang guru yang ingin
memuliakan diri dihadapan Allah yang Maha Kuasa, menjaga agar keternilaian
adalah kemurniaan dalam ketercapaian yang sebenarnya tanpa harus bergeming meminta dan bahkan memaksa untuk
meningkatkan nilai yang terahasiakan.
Ketermuliaan
Jiwa, yang sepatutnya dipertahankan oleh sesosok guru, karenanya penerus bangsa
akan mengerti mana yang hak dan yang batil, tanpa ada keterpaksaan dalam
menjalaninya. Tentu semuanya ingin mulia dengan prestasi yang terjaga, tersusun
dan teratur, namun akan lebih mulia jika dalam ketermuliaan ini adalah yang
telah menjadi hak dan keridhaan Allah, bukan atas bantuan dan pandangan lembaga
nasional maupun lokal, karena lembaga adalah yang berada manusia tentu kadang
adanya kesalahan yang tersengaja dan terabaikan.
Kebahagiaan
dalam Cita dan Cinta,
Kebahagiaan
yang berada karena adanya bentuk yang tampak dengan tumbuhnya kesehatan jiwa
dan raga, keamanan jiwa dan raga, dan terpenuhinya kebutuhan jiwa dan raga,
adalah rasa yang menjadi tuntutan setiap insan bernyawa.
Salam
rasa dari sanubari, untuk yang termuliaakan karena cita- cita tinggi dengan
usaha yang tentu penuh pengorbanan yang terasa ringan bahkan berat.
Ketercintaan
dalam membagi kebahagiaan, untuk mampu dirasakan oleh sesama adalah yang patut dijaga, karena ungkapan mulia dari Nabi
Muhammad saw. “Tidaklah seseorang
akan beriman sebelum mencintai saudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya”,
adalah kewajiban yang selayaknya dilakukan oleh seorang muslim yang telah dan
akan menjadi guru.
Tauladan
Guru yang Mulia adalah Nabi Muhammad SAW, maka kecintaan yang patut untuk
menjadi Idola setiap Muslim pembelajar selayaknya mencotoh Nabi yang telah
mengajarkan Hikmah dan menampakan kehidupan bagaimanab menjadi guru yang mulia
agar surga menjadi tempat abadi, dan mahkota ilmu adalah hadiah dan keridhaan
Allah pada sesosok guru yang menjaga ilmu dan mengajarakn ilmunya. Ingatan yang
patut untuk dijaga adalah ilmu adalah amal jariah yang tiada akan terputus dan
berdapakn terus menerus bagi sesosk guru, jika ilmu yang diajarkan bermanafaat
maka bermanfaat pulalah terhadapanya, namun jika ilmu yang diajarkan tidak
bermanfaat maka tidak bermanfaatlah bagi dirinya. Tentunya kita tetap menajaga
diri supaya ketermuliaan jiwa dan raga terhindar dari siksa neraka adalah
tujuan yang jelas, dan menetap serta berdiam diri di Surga adalah keputusan
yang tidak akan terbantahkan oleh setiap jiwa.(Dokumentasi Oleh MCU Birohmah 12/13).
No comments:
Post a Comment