Oleh: Tim Kreatif MCU Birohmah Unila 2012/2013
Baiklah sidang pembaca yang
mulia,
Kali ini saya akan mencoba
membahas resensi dari buku yang berjudul “ SELAGI MASIH MUDA” karya Dr. A’idh
Al-Qarni, M.A. Dalam buku ini, menceritakan tentang bagaimana sikap pemuda
dengan adanya perubahan arus zaman yang semakin menderu.
Bagi sebuah bangsa pemuda adalah agent
of change. Sebuah perjuangan apapun ideology yang diperjuangkan , hampir
mustahil sukses tanpa kiprah kawula muda . sejarah membukrtikan hal itu dan
bahkan dizaman Rasulullah SAW, beliau menguatkan lini pemuda sebagai pahlawan
garda depan perjuangan suatu bangsa. Beliau sendiri juga berpesan untuk menjaga
lima perkara sebelum datangnya lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu,
masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa
hidupmu sebelum kematianmu, dan masa luangmu sebelum masa sempitmu. Sayangnya,
sabda beliau ini banyak dilupakan oleh kaum muda. Kini banyak pemuda islam yang terjerat
dalam pusaran hedonisme dan menjadi budak westernisasi.
Saat ini, para pemuda
dikepung oleh derasnya arus media dan srana pemuasan nafsu syawat. Mereka
kebanyakan lalai dalam masa mudanya dengan melakukan aktifitas yang tiada
bermanfaat dan tidak berrnilai ibadah, hingga menghancurkan potensi dirinya.
Buku yang berjudul asli ‘’ FIYATUN
AAMANUU BI RABBIHIM” merupakan karya Dr. A’idh Al-qarni, M.A yang
dipersembahkan sebagai wujud cinta dan kepeduliannya terhadap para kawula muda,
generasi harapan bangsa yang saat ini mayoritasnya sedang terjerat kubangan
hitam dunia gemerlap dan dunia popularitas. Dengan tutur bahasanya yang bijak,
penulis merangkai untaian mutiara nasihat untuk generasi muda agar dapat mengisi hari-harinya dengan ibadah, menuntut
ilmu, mengajarkannya dan berbagai bab yang syarat hikmah mengantarkan pembaca
memasuki dunia kehidupan para pemuda dan merenungi detik demi detik yang telah
dilaluinya. Tak lupa penulis juga mengingatkan kepada para pemuda untuk selalu
mewaspadai berbagai rintangan yang menghadang mereka, seperti waktu yang
terbuang sia-sia juga inferiority complex yang banyak
menyerang kaum yang masih labil ini. Kisah Ashabul Kahfi pun tak ayal membuat
buku ini sebagi sarat makna dan teladan bagi para pemuda harapan bangsa.
Namun di tengah kesempurnaan buku
ini, ia tetap menyiratkan beberapa kekurangan yang tidak menurunkan kualitas
isi di dalamnya. Contoh yang kebanyakan diambil dari studi kasus di Saudi,
membuat contoh yang diketengahkan kurang relevan dengan keadaan di Negara lain.
Dismping itu, isinya yang terlampau formal seolah-olah menggurui pembaca,
membuat buku ini sedikit membosankan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada,
buku ini merupakan buku yang layak dimiliki, terlebih lagi untuk para pemuda
generasi penerus bangsa agar dapat memaksimalkan masa mudanya dengan baik di
jalan yang di Ridhoi-Nya.
No comments:
Post a Comment